Bayar Tol Nirsentuh Perlu Uji Coba Matang, Dilakukan Bertahap

13 November 2024 14:38 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Sistem pembayaran tol nirsentuh MLFF GNSS. Foto: Roatex
zoom-in-whitePerbesar
Sistem pembayaran tol nirsentuh MLFF GNSS. Foto: Roatex
ADVERTISEMENT
Pengamat menyebut perlu ada fase uji coba terlebih dahulu sebelum sistem Multi Lane Free Flow (MLFF) atau sistem bayar tol tanpa berhenti (nirsentuh) diterapkan pada Kuartal I 2025. Selain itu, MLFF juga harus dipastikan dapat diterima oleh masyarakat terutama pengguna jalan tol.
ADVERTISEMENT
Vice President Intelligent Transportation System Indonesia sekaligus Peneliti Senior Universitas Pembangunan Jaya Resdiansyah, menurutnya fase uji coba nantinya dapat melihat kesiapan dan pola perilaku masyarakat menggunakan teknologi MLLFF.
“Harus dilakukan kajian atau FS (Feasibility Study) dulu untuk impact nya terhadap society karena berkaitan dengan behaviour atau perilaku orang, pergerakan di jalan tol khusus nya di gerbang tol,” ungkapnya kepada kumparan pada Rabu (13/11).
Provider juga perlu memastikan teknologi lain MLLFF dapat diterima oleh pengguna jalan tol. Sebab pembayaran tol dalam sistem MLFF mengharuskan pengguna jalan tol menggunakan beberapa peralatan seperti On Board Unit (OBU), aplikasi di ponsel atau e-OBU dan One Route Ticketing (ORT) atau tiket satu kali pakai sesuai rute perjalanan yang dapat dibeli di aplikasi.
Sejumlah Pengendara sepeda motor melintas melintas di Jalan Layang Non Tol (JLNT) Casablanca, Jakarta, Sabtu (26/10/2024). Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
Badan Usaha Jalan Tol (BUJT) juga perlu memastikan kembali apakah nantinya sistem ini dapat mendeteksi seluruh kendaraan secara keseluruhan. Resdiaansyah juga menyarankan agar dilakukan transisi menggunakan Single Lane Free Flow (SLFF) atau pembayaran nirsentuh pada satu ruas pintu tol terlebih dahulu.
ADVERTISEMENT
“Jika uji coba masih belum memenuhi persyaratan ini maka perlu dilakukan transisi melalui implementasi SLFF (melalui single lane terlebih dahulu) dan transisi menuju MLFF,” sarannya.
BUJT juga perlu mengedukasi masyarakat saat masa transisi agar masyarakat tidak mencurangi sistem MLFF dengan berbagai cara. Hal ini karena sistem MLFF punya potensi merugikan Badan Usaha Jalan Tol (BUJT) jika kendaraan yang lewat tidak dapat terdeteksi secara keseluruhan.
“Akan berjalan smoothly sambil mengedukasi masyarakat bagaimana mempunyai kesadaran untuk tidak meng ‘abuse’ sistem ini dengan cara tidak benar seperti mematikan HP, tidak punya data internet, memalsukan plat kendaraan atau berbagai cara upaya untuk tidak membayar mengingat sistem ini tanpa palang dan punya potensi lost cukup besar bagi para BUJT,” terangnya.
ADVERTISEMENT
Gerbang tol di ruas tol dalam kota Kela Gading-Pulo Gebang. Foto: Dok. Kementerian PUPR
Resdiansyah menyebut MLFF merupakan teknologi yang sangat bagus dan sukses di Eropa, namun perlu adaptasi terlebih dahulu jika diterapkan di Indonesia.
Dalam catatan kumparan, PT Roatex Indonesia Toll System (RITS) menyebut pihaknya siap untuk mengoperasikan MLFF namun hingga kini masih perlu kesiapan berbagai pihak untuk memulai pengoperasian.
Beberapa pihak terkait yang dimaksud adalah pemerintah BUJT terkait, PT Telkom Indonesia (Persero) sebagai penyedia jaringan serta Bank Indonesia (BI) dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk urusan pembayaran. Sampai saat ini, Renaldi juga menyebut pihaknya sudah mengurus persyaratan dari BI dan OJK sesuai aturan.