BBM Jenis Baru Rendah Sulfur Akan Lebih Mahal? Ini Kata Pengamat

13 Juli 2024 20:20 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Petugas SPBU mengisi BBM jenis solar subsidi di salahsatu SPBU, Kota Bogor, Jawa Barat, Kamis (25/5/2023). Foto: ANTARA FOTO/Arif Firmansyah
zoom-in-whitePerbesar
Petugas SPBU mengisi BBM jenis solar subsidi di salahsatu SPBU, Kota Bogor, Jawa Barat, Kamis (25/5/2023). Foto: ANTARA FOTO/Arif Firmansyah
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Pemerintah akan menguji coba produk BBM baru rendah sulfur untuk mengurangi gas buang di sektor transportasi. Tahap uji coba akan berlangsung pada 17 Agustus 2024.
ADVERTISEMENT
Pengamat Ekonomi Energi dari Universitas Gadjah Mada (UGM), Fahmy Radhi, memprediksi harga BBM rendah sulfur itu akan lebih mahal.
“Harganya pasti lebih mahal, apakah itu Green Pertamax atau campuran etanol tapi itu rendah sulfur. Pasti harganya lebih mahal,” ujar Fahmy kepada kumparan, Sabtu (13/7).
Fahmy menilai uji coba BBM rendah sulfur ini tidak masalah selama tidak menggantikan BBM subsidi yang ada kini. Ia juga pesimistis konsumsi masyarakat akan bergeser ke BBM rendah sulfur tersebut akibat harga yang diperkirakan lebih mahal, kecuali untuk masyarakat segmen atas
Pengamat Ekonomi Energi UGM, Fahmy Radhi. Foto: Dok. Istimewa
“Kalau selisihnya tidak terlalu jauh, maka berdasarkan kesadaran mereka pindah ke situ. Tapi kalau selama ada yang lebih murah, masyarakat pindah ke sana,” kata Fahmy.
ADVERTISEMENT
Pemerintah akan menentukan bahan bakar nabati (BBN) sebagai bahan pencampur BBM untuk mengurangi kandungan sulfur menjadi di bawah 50 ppm. Melihat hal tersebut, Fahmy mencermati masih ada kandungan bahan bakar fosil dan mempengaruhi lingkungan.
“Kalau misalnya itu bercampuran tadi, masih ada unsur BBM menggunakan fosil. Kalau misalnya mengurangi karbon itu enggak terlalu signifikan,” jelas Fahmy.
Ia mencontohkan, bahan bakar B40 mengandung 40 persen biodiesel ditambah 60 persen solar. Karena solar masih mengandung 60 persen, kontribusi terhadap lingkungan dinilai tidak signifikan.
Sebelumnya, Menteri ESDM Arifin Tasrif mengungkapkan akan ada produk BBM baru yang rendah sulfur dan emisi. Rencananya produk itu akan diujicobakan mulai 17 Agustus 2024.
Menteri ESDM Arifin Tasrif saat ditemui di kantor Ditjen Migas, Kamis (20/6/2024). Foto: Fariza Rizky Ananda/kumparan
Arifin mengatakan, pemerintah sedang menggodok produk BBM rendah sulfur untuk mengurangi gas buang di sektor transportasi.
ADVERTISEMENT
"Kita kan sekarang udara kita banyak emisi jadi bagaimana kita bisa kurangi, supaya hidup sehat jadi alternatifnya pake BBM rendah sulfur," ungkap Arifin saat di kantor Kementerian ESDM, Jumat (12/7).
Pemerintah, kata Arifin, akan menentukan bahan bakar nabati (BBN) sebagai bahan pencampur BBM untuk mengurangi kandungan sulfurnya menjadi di bawah 50 ppm.
"Kita cari bahan pencampur yang bisa mengurangi sulfur konten kita sekarang masih 500 ppm, kalau standarnya Euro V di bawah 50, tapi menuju itu ongkosnya ada, tapi kita belum kelar sih (kajian)," jelas Arifin.
Sementara itu, Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik, dan Kerja Sama (KLIK) Kementerian ESDM Agus Cahyono Adi menjelaskan 17 Agustus 2024 merupakan tanggal di mana BBM baru rendah sulfur akan diujicobakan (pilot project).
ADVERTISEMENT
"Kalau rendah sulfur itu akan mulai, tapi sebagai pilot, 17 (Agustus) itu adalah semacam kick-offnya mau mulai di sana," ungkap Agus.
Uji coba tersebut, kata dia, akan dilakukan bertahap di beberapa SPBU. Agus tidak menyebutkan produk BBM apa saja yang akan dikurangi kandungan sulfurnya. Namun dia menyebut salah satunya adalah produk solar nonsubsidi PT Pertamina (Persero).
"Enggak tahu namanya nanti, kayaknya yang Dex juga yang nonsubsidi. Masih mulai dari beberapa SPBU," tutur Agus.