Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.102.1
BCA Bakal Hati-hati Pantau Dampak Kebijakan Trump ke Perbankan
23 April 2025 19:53 WIB
ยท
waktu baca 2 menit
ADVERTISEMENT
Presiden Direktur (Presdir) PT Bank Central Asia Tbk (BCA), Jahja Setiaatmadja, bakal memantau kinerja perusahaannya secara hati-hati imbas penerapan tarif impor Trump ke Indonesia usai masa tunda 90 hari.
ADVERTISEMENT
"Kita akan mengamati sambil melihat perkembangan suasana. Jadi, kita harapkan kalau semua berjalan sesuai dengan strategi yang disusun oleh pemerintah kita, maka kemungkinan nggak akan terlalu mempengaruhi industri-industri yang saat ini paling terkena dampak dari tarif," ucap Jahja Setiaatmadja, dalam konferensi pers secara virtual, Rabu (23/4).
Industri yang dimaksud Jahja merupakan sektor-sektor ekspor terbesar ke Amerika Serikat (AS) seperti furnitur, perikanan, dan tekstil.
Jahja menegaskan tak akan langsung mengurangi kredit atau menarik pembiayaan dari sektor-sektor terkait. Ke depan, BCA akan melihat lebih dulu perkembangan terbaru dari tarif impor Trump, termasuk kebijakan dan respons pemerintah.
"Ini masih uncertain. Kita juga tidak mau cepat-cepat, wah, diinventarisir ini semua perusahaan funiture, terus kemudian apa lagi, yang ekspor seafood kurangi kreditnya, habiskan semuanya. Kita nggak mau tergesa seperti itu," lanjutnya.
ADVERTISEMENT
Lebih lanjut, Jahja juga merespons ekspektasi pasar soal kemungkinan saham dengan emiten BBCA kembali menyentuh level Rp 10.000 per saham.
Katanya, tak ada yang bisa memprediksi terkait harga saham. Mempertimbangkan fundamental BCA yang dinilai solid, dia optimis harga saham BBCA bakal kembali ke level tertinggi.
"Saya nggak punya bola kaca yang digosok-gosok melintir di luar angka gitu ya. Jadi saya jujur katakan nggak tahu. Bisa saja tercapai sebelum akhir tahun, bisa tahun depan," ujar dia.
Alih-alih menaikkan harga saham, Jahja tetap berkomitmen untuk menjaga perusahan yang ia pimpin dalam hal performa, profit, return on asset, return on equity, cost ratio, cost income ratio, dan non-performing loss agar tetap solid.
"Target kita bukan untuk menaikkan terus harga saham. Kita targetnya menjaga performance kita, profit kita, dijaga Loan to Asset Ratio (LAR) kita, kita coba jaga dan liatin terus buat cadangan yang seperlunya," terangnya.
ADVERTISEMENT
Meski demikian, Jahja menekankan bahwa rebound harga saham BBCA belakangan ini terjadi karena pasar saham RI merespons fundamental perusahaan yang tetap kuat.
"Saham Bank BCA mengalami koreksi. Jadi, saya pikir bukan hanya BCA, saya juga amati saham-saham dari bank-bank lain. Mandiri, BRI, BNI, gitu ya (terkoreksi)," kata Jahja.
Jahja menilai, aksi buyback saham yang dilakukan BBCA usai periode Lebaran 2025 turut mendukung pemulihan saham perusahaannya.
"Jadi memang at that time kita mengumumkan akan melakukan buyback dengan jumlah Rp 1 triliun maksimum," imbuhnya.