BCA Syariah: Potensi Pasar Halal di Indonesia Capai Rp 4.800 T di 2024

9 Oktober 2020 19:48 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi BCA Syariah. Foto: Antara
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi BCA Syariah. Foto: Antara
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk muslim terbanyak di dunia. Berdasarkan data Global Islamic Report 2018, jumlah penduduk muslim di Indonesia setara dengan 13 persen penduduk muslim dunia. Bahkan Indonesia juga tercatat sebagai pangsa pasar halal terbesar, porsinya mencapai 10 persen.
ADVERTISEMENT
Dengan populasi tersebut, Presiden Direktur PT Bank BCA Syariah John Kosasih mengatakan, potensi pasar halal Indonesia diprediksi akan mencapai Rp 4.800 triliun pada 2024.
“Dengan kenaikan rata-rata sebesar 6,2 persen per tahun, pasar halal dunia diperkirakan meningkat menjadi USD 3,2 triliun atau Rp 48.000 triliun pada 2024. Kalau porsi Indonesia sebesar 10 persen kira-kira potensi pasar halal kita sekitar Rp 4.800 triliun,” ungkap John dalam Diskusi Mikro Forum Syariah, Jumat (9/10).
Berdasarkan kategorinya, Indonesia menempati peringkat pertama dalam kategori makanan halal dengan total spending mencapai USD 173 miliar. Disusul dengan halal pariwisata sebesar USD 11 miliar, pakaian USD 21 miliar, kosmetik USD 4 miliar, farmasi USD 5 miliar dan media USD 10 miliar.
Suasana jelang pembukaan Halal Park kawasan Halal Indonesia, di GBK, Jakarta, Selasa (16/4) Foto: Nurul Nur Azizah/kumparan
Potensi tersebut, menurut John, semakin berkembang dengan hadirnya operator syariah yang terdiri dari perbankan, asuransi, venture capital, BPRS dan BMT. Untuk itu John cukup optimistis bahwa ke depan, potensi perbankan syariah di Indonesia masih sangat besar.
ADVERTISEMENT
Apalagi, selama ini perbankan syariah juga mencatatkan kinerja yang cukup positif dan selalu tumbuh. Hingga Juli 2020 misalnya, John mengatakan kinerja perbankan syariah berhasil melampaui perbankan konvensional, bahkan saat perekonomian dipukul pandemi COVID-19.
“Mau pandemi atau enggak pandemi, kinerja perbankan syariah tetap tumbuh,” ujarnya.
Hal itu tercermin dari beberapa indikator seperti aset perbankan syariah yang tumbuh 10 persen, lebih tinggi ketimbang perbankan konvensional yang tumbuh hanya 5,7 persen. Kemudian pembiayaan perbankan syariah tumbuh 10 persen, jauh di atas perbankan konvensional yang hanya 1,2 persen. Selain itu, dana pihak ketiga (DPK) di bank syariah tumbuh 8,8 persen, sedangkan bank konvensional naik 8,5 persen.
“Sekali lagi, market halal di Indonesia itu sangat besar,” tandasnya.
ADVERTISEMENT