Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Bea Masuk Turun, Gula Rafinasi Impor dari Australia Jadi Lebih Murah
4 Maret 2019 13:06 WIB
Diperbarui 21 Maret 2019 0:02 WIB

ADVERTISEMENT
Setelah menandatangani perjanjian Indonesia-Australia Comprehensive Economic Partnership Agreement (IA-CEPA), sejumlah produk impor asal Australia dibebaskan dari biaya impor. Sejumlah produk bahan baku makanan impor pun turut dibebaskan dari biaya masuk.
ADVERTISEMENT
Namun, pemerintah ternyata tidak membebaskan sepenuhnya biaya impor gula rafinasi asal Australia. Biaya impor gula rafinasi hanya diturunkan dari sebelumnya berkisar 10 persen menjadi 5 persen.
Ketua Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman (Gapmmi), Adhi S. Lukman, menyampaikan hal ini dilakukan karena gula rafinasi merupakan komoditas yang sensitif. Karenanya, pemerintah memutuskan tidak membebaskan biaya impor gula rafinasi.
"Kalau gula ini masuk dalam sensitive list, jadi tidak termasuk yang dibebaskan bea masuk 0 persen. Hanya diturunkan dari 10 persen menjadi 5 persen," katanya saat ditemui di Hotel JS Luwansa, Kuningan, Jakarta, Senin (4/3).
Adhi menambahkan, sekitar 20 persen dari jumlah impor gula rafinasi Indonesia berasal dari Australia. Dengan adanya penurunan bea masuk ini, gula rafinasi asal Australia akan semakin murah.
ADVERTISEMENT
Selama ini, lanjut Adhi, Indonesia cukup banyak mengimpor bahan baku makanan dari Australia. Beberapa diantaranya adalah terigu, gandum, susu, buah, garam, hingga daging sapi. Penurunan hingga pembebasan tarif impor terhadap sejumlah bahan baku asal negeri Kanguru ini akan berpernagurh besar terhadap harga makanan dan minuman dalam negeri.
"Tentunya akan berpengaruh terhadap harga, seperti gula rafinasi, ini akan jadi lebih murah. Sehingga gula rafinasi bisa jadi alternatif ketersediaan bahan baku," katanya.
Sebagai informasi, di tahun lalu, pemerintah mengeluarkan kuota impor gula rafinasi sebesar 3,6 juta ton. Dari jumlah itu, realisasinya tercatat sebesar 3,37 juta ton.