BEI Buka Suara Usai Saham BREN Didepak dari Indeks FTSE Russell

25 September 2024 8:15 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Direktur Penilaian Perusahaan Bursa Efek Indonesia (BEI) I Gede Nyoman Yetna menjawab pertanyaan wartawan di Gedung BEI, Rabu (3/7/2024). Foto: Ghinaa Rahmatika/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Direktur Penilaian Perusahaan Bursa Efek Indonesia (BEI) I Gede Nyoman Yetna menjawab pertanyaan wartawan di Gedung BEI, Rabu (3/7/2024). Foto: Ghinaa Rahmatika/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Bursa Efek Indonesia (BEI) memberikan tanggapan usai saham PT Barito Renewable Energy Tbk (BREN) didepak dari indeks bergengsi FTSE Russell yang menyebabkan saham perseroan anjlok hingga 20 persen pada penutupan perdagangan pekan kemarin, Jumat (20/9).
ADVERTISEMENT
Direktur Penilaian BEI I Gede Nyoman Yetna mengatakan ketentuan suatu perusahaan masuk ke dalam indeks FTSR Russell equity indices bukan wewenang bursa.
"Sehingga keputusan tersebut merupakan wewenang dari pihak FTSE Russell untuk menentukan saham mana yang dapat masuk ke dalam indeks tersebut sesuai dengan ketentuan yang dimiliki," kata dia seperti yang dikutip kumparan, Rabu (25/9).
FTSE Russell merupakan anak perusahaan London Stock Exchange Group (LSEG) yang mengelola berbagai indeks pasar saham yang digunakan untuk melacak performa perusahaan-perusahaan di berbagai bursa saham di seluruh dunia.
Indeks-indeks ini biasanya digunakan oleh investor dan manajer dana untuk mengevaluasi pasar saham, membangun portofolio investasi, dan mengukur kinerja investasi mereka.
Nyoman menuturkan bahwa BEI sudah menyurati BREN agar mengklarifikasi kepada publik usai perusahaan milik konglomerat Prajogo Pangestu itu dihapus dari indeks FTSE Russell tersebut.
ADVERTISEMENT
Klarifikasi Perusahaan
Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN), Rabu (29/5/2024). Foto: Barito Renewables Energy
Direktur dan Corporate Secretary BREN Merly menjelaskan, bahwa 4 pemegang saham mayoritas adalah PT Barito Pacific Tbk (BRPT), Green Era Energy Pte Ltd (GE), Jupiter Tiger Holdings, dan Prime Hill Funds, memegang 97 persen saham perseroan saat proses penerbitan saham perdana (initial public offering/IPO).
"Seluruh informasi mengenai pemegang saham (termasuk 4 pemegang saham tersebut) sudah kami sampaikan secara resmi kepada Bursa dan OJK pada proses penerbitan saham perdana (IPO) di tahun 2023," katanya dalam Keterbukaan Informasi BEI, Senin (23/9).
Pada saat itu, Barito Pacific memegang 64,6 persen saham BREN, kemudian Green Era Energy Pte Ltd sebesar 23,6 persen, Jupiter Tiger Holdings 4,36 persen, dan Prime Hill Funds 4,36 persen.
ADVERTISEMENT
Merly melanjutkan, informasi kepemilikan saham oleh 4 pemegang saham adalah untuk keperluan IPO. Namun, dia mengungkapkan setelah IPO sampai tanggal 19 September 2024, terdapat perubahan porsi dari 4 pemegang saham tersebut menjadi 95,97 persen.
Perubahan terjadi pada porsi kepemilikan saham Jupiter Tiger Holdings dan Prime Hill Funds, dengan porsi per 19 September 2024 masing-masing sebesar 3,94 persen dan 3,76 persen.
"Kami tidak menambahkan informasi baru karena semua sudah sesuai dengan ketentuan dan aturan yang berlaku serta terungkap dalam laporan yang relevan," kata Merly.
Merly melanjutkan, manajemen tidak memiliki kewenangan terkait High Shareholder Concentration FTSE Russell yang merupakan lembaga independen yang memiliki kriteria, persyaratan dan aturan yang diterapkan sebelum memutuskan masuk atau keluarnya suatu saham dalam index FTSE.
ADVERTISEMENT
"Dalam hal ini, Perseroan bersifat pasif dan tidak memiliki kewenangan apapun yang dapat mempengaruhi keputusan yang diterbitkan FTSE," imbuhnya.
Selain itu, Merly juga mengklarifikasi terkait saham free float BREN sudah sesuai dengan persyaratan. Berdasarkan data harian per tanggal 19 September 2024 yang disediakan untuk emiten oleh KSEI, jumlah saham yang memenuhi persyaratan free float berdasarkan ketentuan Bursa adalah sebesar 15.601.235.234 saham, atau 11,66 persen.
Jumlah ini, kata dia, tidak mengalami perubahan yang signifikan dibandingkan dengan persentase free float berdasarkan prospektus IPO yang menyebutkan bahwa jumlah saham free float adalah sebanyak 15.694.413.334 saham atau 11,73 persen.