BEI Jelaskan Penyebab Tidak Capai Target Jumlah IPO di 2024

31 Desember 2024 13:03 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Direktur Penilaian Perusahaan Bursa Efek Indonesia (BEI) I Gede Nyoman Yetna saat ditemui di Gedung BEI, Selasa (7/5/2024). Foto: Ghinaa Rahmatika/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Direktur Penilaian Perusahaan Bursa Efek Indonesia (BEI) I Gede Nyoman Yetna saat ditemui di Gedung BEI, Selasa (7/5/2024). Foto: Ghinaa Rahmatika/kumparan
ADVERTISEMENT
Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat hanya ada 41 perusahaan yang melantai di pasar modal melalui penawaran umum perdana (IPO) pada tahun 2024, jauh di bawah target 62 emiten baru.
ADVERTISEMENT
Direktur Penilaian Perusahaan BEI, I Gede Nyoman Yetna, mengatakan pencapaian total penawaran umum, termasuk instrumen lain seperti surat utang dan sukuk, justru melebihi target yang ditetapkan. Total instrumen penawaran umum pada tahun ini mencapai 200 persen dari target.
“Pada tahun 2024 ini, BEI membukukan pencapaian penerbitan efek sejumlah 680 efek atau 200 persen dari yang telah ditargetkan (target 340 penerbitan efek). Pencapaian tersebut mengalami peningkatan 176 persen dari pencapaian jumlah penerbitan efek pada tahun 2023,” kata Nyoman dalam keterangannya, Selasa (31/12).
Nyoman mengungkapkan, permohonan pernyataan pendaftaran saham secara umum tidak mengalami penurunan sepanjang tahun 2024. Namun beberapa perusahaan mengalami pembatalan pencatatan saham berupa penundaan dari calon perusahaan tercatat, maupun penolakan dari bursa.
ADVERTISEMENT
Dia menjelaskan aktivitas penerbitan obligasi dan/atau sukuk serta instrumen efek lainnya di Bursa justru meningkat. "Hal ini menunjukkan perusahaan tetap memanfaatkan pasar modal dalam bentuk instrumen pendanaan perusahaan yang berbeda yang disesuaikan dengan kebutuhan perusahaan," imbuhnya.
Ia menekankan, menjadi perusahaan terbuka merupakan keputusan strategis yang dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. "Dari internal perusahaan, kesiapan perusahaan juga merupakan faktor yang sangat krusial. Perusahaan harus mempertimbangkan berbagai aspek di antaranya kinerja keuangan dan pemenuhan organ GCG sesuai ketentuan," ungkapnya.
Sementara itu, faktor eksternal seperti kondisi makroekonomi global dan domestik, kebijakan pemerintah, serta dinamika geopolitik turut memengaruhi.
"Termasuk di antaranya kinerja sektor atau industri, kondisi makroekonomi global dan domestik (tingkat suku bunga dan inflasi), kebijakan-kebijakan pemerintah, geopolitik, dan pemilu yang dilaksanakan di lebih dari 70 negara pada tahun 2024 dengan total representasi terhadap populasi dan GDP global masing-masing sebesar 54 persen dan 60 persen . Hal ini mengakibatkan para entrepreneur dan pengusaha tend to wait and see," jelas Nyoman.
ADVERTISEMENT
Ia juga mencatat bahwa penurunan IPO tidak hanya terjadi di Indonesia. Secara regional, bursa-bursa ASEAN juga mengalami penurunan jumlah IPO sebesar 35 persen dan nilai dana yang dihimpun sebesar 51 persen.