Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.97.0
BEI Jelaskan Untung Rugi Bertransaksi Lewat Short Selling
11 Februari 2025 17:42 WIB
ยท
waktu baca 4 menit![Layar menampilkan pergerakan perdagangan saham di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (23/10). Foto: Hafidz Mubarak A/ANTARA FOTO](https://blue.kumparan.com/image/upload/fl_progressive,fl_lossy,c_fill,q_auto:best,w_640/v1603452234/ixuum5jxyih0ovlijzxa.jpg)
ADVERTISEMENT
Kepala Divisi Pengembangan Bisnis 1 PT Bursa Efek Indonesia (BEI ) Firza Rizqi Putera membeberkan kelebihan dan kelemahan ketika investor bertransaksi produk terbaru BEI, Short Selling dan Intraday Short Selling (IDSS).
ADVERTISEMENT
Kata Firza, short selling merupakan produk investasi yang high risk dan high return. Kerugiannya, investor pemula tak bisa ikut bertransaksi lewat short selling ini.
"Jadi memang sesuai dengan desain peraturan, sesuai dengan peraturan OJK juga tidak diciptakan ataupun diperuntukkan untuk investor pemula di pasar modal Indonesia," cakap Firza lewat konferensi pers Edukasi Wartawan Intraday Short Selling via online, Selasa (11/2).
Kemudian, kerugian kedua adalah potensi gagal serah dari pelaksanaan short selling. Jadi menurutnya, untuk melakukan short selling dipastikan perlu ada saham yang dipinjam ataupun investor memiliki portofolio untuk memastikan T+2 sahamnya tetap ada.
"Jadi once itu nanti tidak ada, maka akan otomatis investor ataupun anggota bursa yang gagal melakukan serah efek akan terkena alternatif cash or money yang mungkin dendanya lebih banyak," cakapnya.
ADVERTISEMENT
Walaupun mempunyai risiko, tetapi juga short selling bisa memberikan keuntungan tersendiri.
Kata Firza, salah satunya ketika pasar bearish, investor mempunyai alternatif investasi atau alternatif instrumen yang bisa dimanfaatkan untuk tetap mendapatkan cuan.
"Meningkatkan likuiditas pastinya, karena pergerakan menjadi dua arah dan semua investor yang mempunyai view baik beli turun ataupun naik bisa melakukan transaksi. Sehingga ini membuat market kita menjadi dinamis dan juga semakin likuid," imbuh Firza.
Menurut dia, untuk investor yang telah memiliki portofolio banyak dan tidak ingin nilainya tergerus, maka bisa melakukan short selling untuk melindungi nilai portofolio.
"Dan yang terakhir pastinya ini terkait dengan saham-saham yang overpriced mungkin kita bisa mendapatkan peluang profit karena kita bisa melakukan short selling dan memastikan harga tetap diperdagangkan dengan harga wajar," lanjut dia.
ADVERTISEMENT
Firza menyebut, short selling juga membantu meningkatkan fair price discovery sehingga mengurangi risiko bubble yang terjadi karena kenaikan harga disebabkan tekanan beli yang masif.
"Nah jadi ini memang sebenarnya balance instrument bagi market kita yang sebelumnya one side only sekarang menjadi two side dengan adanya short selling," tandas Firza.
Ada 10 Saham Bisa Transaksi Short Selling di Kuartal II 2025
Firza mengungkapkan ada 10 saham yang siap ditransaksikan lewat produk Short Selling dan Intraday Short Selling (IDSS).
10 saham yang saat ini bisa ditransaksikan secara short selling yaitu PT Alamitri Resources Indonesia Tbk (ADRO), PT Astra International Tbk (ASII), PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI), PT Bank Rakyat Indonesia (BBRI), PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), PT Barito Pacific Tbk (BRPT), PT Merdeka Battery Materials Tbk (MBMA), PT Summarecon Agung Tbk (SMRA), dan PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM).
ADVERTISEMENT
"ADRO, ASII, BBCA, BBNI, BBRI, BMRI, BRPT, MBMA, SMRA dan juga TLKM," ungkap Firza lewat konferensi pers Edukasi Wartawan Intraday Short Selling via online, Selasa (11/2).
Katanya, BEI memastikan transaksi short selling yang dilakukan merupakan transaksi yang memiliki impact terukur terhadap pergerakan indeks untuk memastikan short sellingnya bisa dilakukan secara terukur.
"Once itu sudah kita lakukan dan kita sudah mengetahui behaviornya dan juga bagaimana dampaknya terhadap market, kita secara perlahan akan membuka partisipasi ke seluruh investor kita belum tentukan kapan, mungkin paling cepat satu tahun atau mungkin kita evaluasi lagi," jelasnya.
Firza mengatakan, untuk partisipasi institusional investor baik domestik maupun luar negeri (foreign), BEI tetap akan membedakan lebih dulu untuk investor institusi. Alias, BEI akan memisahkan saham yang bisa dilakukan transaksi short selling bagi investor institusi ialah saham-saham khusus LQ45.
ADVERTISEMENT
"Sedangkan saham short selling yang lainnya itu mulai bisa ditransaksikan kepada investor retail domestik," imbuh Firza.
Firza berharap, dengan adanya pembagian masa transisi investor retail yang melakukan transaksi short selling bisa mempunyai level 'bermain' yang sama, menambah partisipasi transaksi investor retail, dan meningkatkan market resilliency dari pemilihan saham.
BEI menargetkan produk Short Selling dan IDSS ini bakal segera diluncurkan dalam waktu dekat kemungkinan di bulan Maret atau awal kuartal kedua 2025.