BEI Sebut Pasar Saham RI Tak Terdampak Resesi Ekonomi Jepang dan Inggris

19 Februari 2024 14:19 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi IHSG. Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi IHSG. Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Direktur Pengembangan Bursa Efek Indonesia (BEI), Jeffrey Hendrik mengatakan, kondisi resesi yang dihadapi Jepang dan Inggris tak berdampak signifikan pada kinerja pasar modal Indonesia.
ADVERTISEMENT
Jeffrey menjelaskan, Bursa tidak menyiapkan antisipasi khusus terkait resesi dua negara ekonomi terbesar dunia itu. BEI tetap memantau perkembangan ekonomi global dan pengaruhnya ke pasar modal Tanah Air.
“Enggak, enggak. Kalau saat ini di kita masih net inflow untuk perdagangan saham. Jadi tidak ada dampak signifikan, dampak negatif,” ujar Jeffrey kepada wartawan di Gedung BEI, Senin (19/2).
Meski demikian, BEI dapat mengambil momentum agar investor asing lebih banyak masuk ke pasar modal. Bursa melakukan pendalaman pasar termasuk penambahan produk dan jasa.
“Itu yang sedang yang kita lakukan untuk membuat kita dari waktu ke waktu semakin kompetitif. Pasar kita semakin dalam, sehingga investor asing lebih memilih Indonesia ketimbang berinvestasi di negara lain,” katanya.
ADVERTISEMENT
Direktur Pengembangan Bursa Efek Indonesia (BEI) Jeffrey Hendrik di Gedung BEI, Senin (19/2/2024). Foto: Ghinaa Rahmatika/kumparan
Adapun target Rata-rata Nilai Transaksi Harian (RNTH) BEI tahun 2024 senilai Rp 12,25 triliun. Untuk mencapai target tersebut, investor domestik dan asing diharapkan berkontribusi untuk transaksi saham di Indonesia.
“Kita melihatnya sih dari makro bagaimana ekonomi Indonesia, kemudian performance emiten-emiten selama semuanya positif, saya kira bisa menjadi daya tarik bagi investor asing,” lanjut Jeffrey.
Pertumbuhan ekonomi sederet negara maju yaitu Jepang dan Inggris mengalami kontraksi selama dua kuartal berturut-tutut.
Dikutip dari Reuters, pertumbuhan ekonomi Jepang secara tak terduga mengalami kontraksi atau minus selama dua kuartal. Hal ini karena lemahnya permintaan domestik, sehingga meningkatkan ketidakpastian rencana Bank of Japan (BoJ) untuk melonggarkan kebijakannya pada tahun ini.
Sementara itu, PDB Inggris mengalami kontraksi sebesar 0,3 persen dibandingkan kuartal sebelumnya pada kuartal IV 2023. Inggris masuk ke dalam resesi teknis setelah pada kuartal sebelumnya juga mengalami kontraksi 0,1 persen selama Juli-September 2023.
ADVERTISEMENT