Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.101.0
BEI Ungkap Alasan Trading Halt Bursa Naik Jadi 8 Persen karena Tarif Impor Trump
8 April 2025 10:07 WIB
ยท
waktu baca 3 menit
ADVERTISEMENT
Bursa Efek Indonesia (BEI) melakukan pengaturan ulang terhadap mekanisme penghentian sementara atau trading halt pelaksanaan perdagangan efek menjadi 8 persen, yang sebelumnya ada di atas 5 persen. Aturan ini berlaku mulai Selasa (8/4).
ADVERTISEMENT
Direktur Utama PT BEI, Iman Rachman, mengatakan penyesuaian trading halt jadi 8 persen salah satunya untuk mengantisipasi pasar modal RI terhadap gejolak genderang tarif impor Presiden AS Donald Trump ke sejumlah negara mitra termasuk Indonesia. Indonesia kena 32 persen tarif impor dari AS.
"Ini adalah langkah strategi yang dilakukan Bursa untuk mengantisipasi karena tarif (Trump) di global," ungkap Iman saat konferensi persnya di Kantor BEI, Jakarta, Selasa (8/4).
Kata Iman, penyesuaian trading halt BEI dilandasi karena transaksi Efek di bursa regional dan global dalam beberapa hari terakhir cukup fluktuatif.
"Trading halt telah menjadi mekanisme penting dalam menjaga kondisi pasar teratur, wajar, dan efisien, khususnya saat terjadi volatilitas pasar," lanjutnya.
Direktur Pengembangan BEI, Jeffrey Hendrik, menyebut untuk memetakan potensi risiko perang tarif global dari AS ke Indonesia, harus dilihat juga lewat pergerakan bursa dunia.
ADVERTISEMENT
Kebijakan penyesuaian trading halt dinilai jadi salah satu antisipasi menyikapi perang tarif global tersebut. Katanya, karena dampak perang tarif ini, beberapa bursa saham di negara-negara lain juga sudah mengambil kebijakannya masing-masing.
"Jadi itu adalah bentuk mitigasi yang dilakukan OJK dan SRO, agar perdagangan dilakukan secara teratur wajar dan efisien," kata Jeffrey di kesempatan yang sama.
Jeffrey melanjutkan, ada sentimen lokal yang membayangi keputusan trading halt diperlebar, yakni faktor pelemahan rupiah yang kini masih berlanjut.
"Faktor domestik dan global, terkait dengan kelemahan rupiah yang selama liburan mengalami pelemahan, lalu kondisi makro ekonomi yang kita yakini masih baik secara fundamental, emiten kita juga masih baik," imbuh Jeffrey.
Secara global, kata Jeffrey, adanya peningkatan risiko yang ditempatkan pada resiprokal tarif AS, sehingga bisa memicu inflasi, terbukanya potensi suku bunga lebih tinggi di AS, dan ketidakpastian yang terjadi dari kondisi tersebut itu juga menjadi latar belakang.
ADVERTISEMENT
"Meningkatkan tensi geopolitik global. Oleh karena itu, beberapa kebijakan itu dirasa perlu untuk kita ambil dan lakukan sekarang," cakap ia.
Sebelumnya, Keputusan trading halt ini tertuang lewat Surat Keputusan Direksi Bursa Nomor Kep-00196/BEI/12-2024 perihal Perubahan Peraturan II-A tentang Perdagangan Efek Bersifat Ekuitas dan Surat Keputusan Direksi Bursa Nomor Kep-00024/BEI/03-2020 tentang Perubahan Panduan Penanganan Kelangsungan Perdagangan di Bursa Efek Indonesia Dalam Kondisi Darurat.
Dalam hal terjadi penurunan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dalam 1 Hari Bursa yang sama, Bursa bakal melakukan trading halt perdagangan selama 30 menit apabila IHSG mengalami penurunan hingga lebih dari 8 persen.
Trading halt juga akan dilakukan selama 30 menit apabila IHSG mengalami penurunan lanjutan hingga lebih dari 15 persen.
ADVERTISEMENT
BEI juga akan trading suspend apabila IHSG mengalami penurunan lanjutan hingga lebih dari 20 persen apabila sampai akhir sesi perdagangan atau lebih dari 1 sesi perdagangan setelah mendapat persetujuan atau perintah Otoritas Jasa Keuangan (OJK).