BEI Ungkap Dampak Positif Sarasehan Ekonomi yang Digelar Prabowo

9 April 2025 16:39 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Direktur Pengembangan BEI Jeffrey Hendrik di Kantor BEI, Jakarta, Rabu (9/4). Foto: Muhammad Fhandra/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Direktur Pengembangan BEI Jeffrey Hendrik di Kantor BEI, Jakarta, Rabu (9/4). Foto: Muhammad Fhandra/kumparan
ADVERTISEMENT
Presiden Prabowo Subianto menggelar sarasehan ekonomi dengan mengundang berbagai pihak, mulai dari pemegang kebijakan, ekonom, buruh, petani, hingga investor dan pengusaha pada Selasa (8/4) di Jakarta.
ADVERTISEMENT
Direktur Pengembangan BEI, Jeffrey Hendrik, mengatakan pemaparan program dan capaian pemerintah, hingga dialog tanya jawab yang dilakukan Prabowo tersebut memberikan dampak positif bagi investor pasar modal.
"Tentu saja dengan seluruh program strategis pemerintah yang sedang dilakukan, kami yakini secara langsung atau tidak langsung akan memberikan dampak positif kepada pasar modal kita," kata Jeffrey di Kantor BEI, Jakarta, Rabu (9/4).
Sementara itu, Ekonom dari CORE Indonesia, Yusuf Rendy Manilet, menilai forum sarasehan yang didatangi berbagai elemen termasuk Presiden berpotensi memberikan sinyal positif terhadap arah kebijakan ke depan, terutama bila disertai dengan pesan yang jelas, konsisten, dan berbasis pada komitmen reformasi struktural.
Layar digital menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Selasa (8/4/2025). Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
“Namun demikian, efek forum ini terhadap optimisme pasar bersifat terbatas dan tidak otomatis. Terutama di tengah kondisi global yang penuh ketidakpastian, seperti suku bunga tinggi, ketegangan geopolitik, dan perlambatan ekonomi Tiongkok,” kata Yusuf kepada kumparan, Rabu (9/4).
ADVERTISEMENT
Lebih lanjut, Yusuf menyebut, hal yang harus diperhatikan adalah tindak lanjut dari sarasehan tersebut dengan kebijakan konkret yang dapat menjawab tantangan struktural, seperti hilirisasi yang inklusif, defisit fiskal yang membesar, atau tekanan pada neraca transaksi berjalan.
Menurutnya, tanpa tindak lanjut yang nyata, sarasehan berisiko menjadi sekadar panggung simbolik, bukan alat untuk membangun kredibilitas jangka panjang.