Belajar dari Penduduk Berumur Panjang: Jaga Pola Makan, Tetap Bekerja

14 November 2024 13:26 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
DBS Foundation Impact Beyond Summit 2024, Senin (11/11/2024). Foto: Dok. DBS Foundation
zoom-in-whitePerbesar
DBS Foundation Impact Beyond Summit 2024, Senin (11/11/2024). Foto: Dok. DBS Foundation
ADVERTISEMENT
Singapura merupakan satu-satunya negara di Asia Tenggara yang masuk ke dalam daftar wilayah dengan penduduk berusia panjang di dunia. Selain Singapura, sejumlah negara di dunia seperti di Jepang dan Costa Rica juga memiliki gaya hidup yang mempengaruhi umur panjang.
ADVERTISEMENT
Dan Buettner, seorang penulis dan peneliti tentang longevity yang juga memproduseri series Netflix Live to 100: Secrets of the Blue Zones, menjabarkan ada banyak resep yang bisa ditiru negara lain agar penduduknya bersama-sama bisa membangun ekosistem yang baik untuk menua.
Dia menjelaskan, menua sebenarnya sudah dialami seseorang sejak usia pertama, bukan saat berusia 60-an. Menurut Buettner, sering kali kita fokus pada solusi individual. Padahal, kuncinya adalah mendesain hidup kita secara keseluruhan, baik dari segi hubungan sosial, dukungan dari fasilitas (perkantoran, restoran, dll), maupun melalui kebijakan kesehatan.
“Singapura memiliki proyeksi rentang usia hidup (life span) lebih tinggi dari Amerika. Tingkat kriminalnya rendah, orang-orang berjalan kaki,” kata Buettner dalam acara DBS Foundation Impact Beyond Summit 2024 di Singapura, Senin (11/11/2024).
ADVERTISEMENT
Selain punya akses kesehatan yang memadai, Singapura juga mendukung warga usia lanjut untuk dapat terus berdaya dengan bekerja. Banyak lapangan pekerjaan terutama paruh waktu yang terbuka untuk mereka. Negara tersebut juga memiliki banyak komunitas-komunitas lansia, seperti komunitas bercocok tanam, renang, menari, bahkan e-sports.
Singapura sendiri mulai menghadapi bonus demografi lansia. Menurut riset yang dilakukan John Eu-Li Wong, profesor dari National University of Singapore, negara ini mengalami perubahan demografi yang sangat cepat untuk populasi berusia 65 tahun.
Berdasarkan data 2022, rata-rata usia harapan hidup di Singapura adalah 88 tahun (perempuan) dan 84 tahun (laki-laki). Meski jadi yang paling tinggi dibandingkan Jepang, China, dan US, ternyata usia rata-rata harapan hidup sehat di Singapura hanya 76 tahun dan 74 tahun.
Presiden Singapura Tharman Shanmugaratnam dan CEO DBS Bank Piyush Gupta di acara DBS Foundation Impact Beyond Summit 2024, Senin (11/11/2024). Foto: Dok. DBS Foundation
Presiden Singapura Thamran Shanmugaratnam yang hadir dalam pertemuan ini menjelaskan pentingnya memberikan kesempatan bagi para lansia untuk terus berkarya. Menurutnya, para pemilik bisnis harus mempertimbangkan lowongan bagi lansia sebagai wadah agar lansia tetap aktif dan berkontribusi di kehidupan sehari-hari.
ADVERTISEMENT
“Belajar bagi lansia memang umumnya membutuhkan waktu yang lebih lama. Mereka bisa seperti kelompok usia lainnya. Dengan belajar, para lansia terus mengasah mental dan fisik mereka. Dengan tetap aktif, otak mereka terus berkembang. Kita hanya butuh beri mereka waktu dan mereka bisa jadi sangat baik di situ,” jelasnya.
“Jadi, ubah mindset-nya, bukan pensiun lalu bersantai-santai, melainkan tetap mencari kegiatan. Bagi pelaku bisnis, investasi lah supaya mereka bisa upgrade skill dan mendapat pekerjaan baru. Berikan waktu untuk setiap orang,” imbuh Thamran.
Karen Ngui, Head DBS Foundation and DBS Group Strategic Marketing and Communications, dalam acara tersebut mengatakan meskipun masyarakat Singapura saat ini hidup lebih lama, namun rentang hidup–yang berkaitan dengan kualitas hidup–juga harus ditingkatkan secara bersamaan.
Karen Ngui, Head DBS Foundation and DBS Group Strategic Marketing and Communications di DBS Foundation Impact Beyond Summit 2024, Senin (11/11/2024). Foto: Dok. DBS Foundation
“Karena Singapura dan banyak pasar di Asia dengan cepat menjadi masyarakat yang didominasi kaum lansia, kita perlu memicu perubahan paradigma untuk mengatasi penuaan secara holistik, karena hal ini tak boleh menjadi masalah yang hanya terbatas pada manula,” ujarnya di hadapan audiens.
ADVERTISEMENT
“Hal ini termasuk meningkatkan hubungan antargenerasi, membangun ruang komunal yang lebih mudah diakses, mendorong perusahaan untuk merangkul tenaga kerja yang lebih inklusif, dan membantu orang untuk merencanakan dana pensiun mereka lebih awal,” imbuh Karen.
DBS Foundation mengerahkan dana sebesar SGD 88 juta untuk meluncurkan 15 program baru bagi masyarakat rentan. Berkolaborasi dengan mitra-mitra terkait, DBS Foundation siap menyediakan kebutuhan dasar dan mendorong inklusi yang bertujuan untuk memberi bantuan jangka pendek kepada mereka yang membutuhkan dan membekali mereka dengan pengetahuan. Perusahaan memproyeksikan program-programnya mampu memberikan dampak kepada lebih dari 9,8 juta penerima manfaat pada tahun 2027.

Pola Makan Sehat dan Interaksi Sosial Jadi Kunci

Dan Buettner, peneliti tentang longetivity saat memberi materi di DBS Foundation Impact Beyond Summit 2024, Senin (11/11/2024). Foto: Dok. DBS Foundation
Kesehatan penduduk paling dipengaruhi oleh aspek lingkungan, kebiasaan, dan sosial, yakni 60 persen, menurut Profesor John Eu-Li Wong. Ini mencakup ketahanan pangan sehat, pendapatan dan kekayaan, perumahan, transportasi, lingkungan sosial, dan pendidikan. Sementara genetik berperan sebanyak 30 persen dan sistem pelayanan kesehatan hanya 10 persen.
ADVERTISEMENT
Gaya hidup sehat, seperti makan sayur dan kacang-kacangan, sudah menjadi kebiasaan di beberapa daerah dengan penduduk berumur panjang, seperti di Sardinia, Italia dan di Ikaria, Yunani. Selain itu, menurut Dan Buettner, penting bagi para lansia agar mempunyai support system di dekat mereka.
“Mereka (di Sardinia) memprioritaskan keluarga. Para kakek-nenek tinggal berdekatan dengan anak-anak. Ini tidak cuma membuat hidup mereka lebih baik, melainkan juga bagi anak dan cucu mereka,” ujar Buettner.
Hubungan sosial yang kuat, menurutnya, sangat berpengaruh pada kesehatan lansia. Misalnya orang-orang tua di Okinawa yang sering berinteraksi dan berkumpul dengan sesamanya.
Sementara di Loma Linda, California, lansia dari komunitas Advent selalu meluangkan waktu beribadah bersama ke gereja dan sering berkumpul dengan keluarga. Mereka makan sesuai anjuran Injil, termasuk perbanyak makan sayur.
ADVERTISEMENT