Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.104.0
Belanda Mau Bawa 30 Perusahaan Hortikultura Buat Investasi Green House di RI
14 Mei 2025 11:41 WIB
·
waktu baca 3 menit
ADVERTISEMENT
Pemerintah Belanda berencana mengirim lebih dari 30 perusahaan hortikultura ke Indonesia pada Juni 2025. Perusahaan-perusahaan ini ingin menanamkan investasi, terutama dalam pengembangan pertanian modern lewat teknologi rumah kaca atau green house.
ADVERTISEMENT
“Kami melihat potensi besar di Indonesia, terutama dalam pengembangan hortikultura dan green house. Karena itu kami datang bukan hanya untuk menjual teknologi, tetapi juga untuk menjalin kemitraan jangka panjang,” ujar Duta Besar Belanda untuk Indonesia, Marc Gerritsen, di Kantor Kementerian Pertanian, Senin (13/5).
Ia menyebutkan, misi ini akan dipimpin oleh Menteri Perdagangan Belanda serta Wakil Menteri Pertanian, dan akan mengunjungi sejumlah lokasi yang dinilai potensial, seperti Bandung, Sumatera Utara, dan wilayah food estate. Misi tersebut juga akan melibatkan universitas dan lembaga riset Belanda yang fokus pada inovasi pertanian.
Menurut Gerritsen, tantangan iklim yang makin ekstrem membuat teknologi green house semakin relevan. “Dengan green house, hasil panen bisa dikendalikan dan dimaksimalkan. Kami percaya ini bisa menjadi solusi untuk ketahanan pangan di masa depan,” tambahnya.
ADVERTISEMENT
Kepala Bagian Pertanian Kedutaan Besar Belanda, Joost van Uum, menjelaskan pemerintah Belanda menawarkan berbagai solusi untuk masalah pertanian.
“Kami menawarkan solusi yang bisa disesuaikan. Mulai dari green house canggih bernilai jutaan dolar per hektare, hingga model sederhana berbasis plastik untuk petani kecil. Semua tergantung pada kebutuhan dan kapasitas lokal,” katanya.
Joost menambahkan, mereka telah melihat beberapa contoh green house sederhana yang berhasil diimplementasikan di Indonesia, seperti di Bandung dan Sumatera Utara. Di Bandung, sebuah sekolah boarding diketahui mengoperasikan green house edukatif yang sekaligus menjadi sarana pelatihan bagi pelajar di bidang pertanian modern.
Sementara di Sumatera Utara, perusahaan Sweet Greens disebut berhasil mengelola lahan seluas 10 hektare dengan sistem green house untuk memproduksi selada, cabai, dan tomat.
ADVERTISEMENT
“Model seperti ini sangat kami dukung. Kolaborasi antara swasta, pendidikan, dan pemerintah lokal akan mempercepat adopsi teknologi,” ujar Joost.
Belanda juga melirik kawasan food estate yang sebelumnya menuai kritik karena kurangnya produktivitas.
“Kami ingin melihat langsung. Mungkin ada pendekatan berbeda yang bisa kami tawarkan, agar lahan tersebut bisa benar-benar produktif dan berkelanjutan,” tambah Gerritsen.
Tak hanya sektor publik, kalangan swasta juga menunjukkan ketertarikan untuk memperluas investasi di green house. Salah satunya adalah Frieslandcampina, induk perusahaan Frisian Flag yang disebut tengah menyiapkan pembangunan sekitar 30 hingga 40 green house kecil di beberapa titik dengan total lahan mencapai 30 hektare. Proyek ini digadang menjadi bagian dari rantai pasok pertanian yang terintegrasi dengan industri susu.
ADVERTISEMENT
“Kami percaya pendekatan sistemik sangat penting. Mulai dari petani, teknologi, hingga pembeli akhir harus terhubung dalam satu ekosistem yang efisien,” ujar Joost.
Belanda, sebagai salah satu eksportir produk hortikultura terbesar di dunia meski memiliki luas wilayah kecil, telah lama dikenal dengan teknologi green house yang efisien. Rata-rata produktivitas pertanian dalam sistem tertutup di negara tersebut jauh melampaui sistem terbuka, terutama dalam hal efisiensi air dan pupuk.
Indonesia, dengan keragaman iklim dan ketersediaan tenaga kerja, disebut-sebut sebagai lokasi ideal untuk transformasi hortikultura modern. Namun, adopsi teknologi kerap terhambat oleh keterbatasan pendanaan, pelatihan, dan kemitraan. Karena itu, misi ekonomi ini juga membawa program pelatihan bagi petani Indonesia.
“Pelatihan itu penting. Teknologi tak akan berguna tanpa orang yang bisa mengoperasikannya. Kami ingin memastikan petani lokal bisa menguasai dan memanfaatkan teknologi ini dengan baik,” kata Gerritsen.
ADVERTISEMENT
Selain membuka peluang investasi baru, misi ini juga diharapkan memperkuat kerja sama perdagangan antara Indonesia dan Belanda. Tahun lalu, nilai perdagangan bilateral sektor pertanian kedua negara mencapai lebih dari EUR 700 juta, dan diperkirakan akan meningkat jika proyek green house ini berjalan sesuai rencana.
Gerritsen menyatakan optimis bahwa kunjungan misi ekonomi pada Juni akan menghasilkan proyek konkret. “Kami tak ingin hanya berbicara. Kami ingin membawa hasil nyata,” pungkasnya.