Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Belum Ada Pengganti BUMN Rusia, Target Produksi Blok Tuna Mundur Jadi 2027
14 Mei 2024 17:33 WIB
ยท
waktu baca 2 menit
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
ZN awalnya bermitra dengan operator Blok Tuna, Harbour Energy, melalui Premier Oil Tuna BV dengan masing-masing memiliki 50 persen hak partisipasi. Namun, perkembangan blok tersebut terdampak sanksi Uni Eropa dan Inggris selama eskalasi konflik Rusia dan Ukraina.
Kepala SKK Migas, Dwi Soetjipto, mengatakan saat ini ada 3 calon pengganti ZN di Blok Tuna. Meski belum membeberkan nama perusahaannya, dia menyebutkan ada perusahaan dalam dan luar negeri.
"Dari tiga mungkin akan diadu mana yang lebih bisa memenangkan itu. Ada dalam negeri ada luar, terutama Tuna itu marketnya kan ke Vietnam," jelas Dwi di sela acara IPA Convex ke-48, Selasa (14/5).
Menurutnya, perusahaan luar negeri tertarik menggarap Blok Tuna karena ada potensi ekspor gas bumi ke Vietnam. Tercatat, potensi penjualan gas bumi ini mencapai 100 sampai 150 juta MMSCFD (million standard cubic feet per day).
ADVERTISEMENT
"Dan itu ada di perbatasan Indonesia-Malaysia jadi perusahaan-perusahaan yang asalnya dari negara-negara yang cukup punya interest terhadap posisi Tuna itu," ujar Dwi.
Di sisi lain, Dwi menyebutkan meskipun ada kendala pencarian mitra, Harbour Energy sebagai operator Blok Tuna tetap menjalankan komitmen investasinya. Namun, dia mengakui pengembangan proyek ini memang sempat terhenti.
Harbour Energy sebelumnya telah memutuskan untuk mengundur investasi akhir atau Final Investment Decision (FID) terhadap pengembangan Blok Tuna menjadi 2025, atau mundur dari persetujuan rencana pengembangan atau Palnt of Development (PoD) yang sudah diberikan sejak Desember 2022 lalu.
Dwi mengatakan, proyek ini ditargetkan bisa berproduksi mulai tahun 2026. Meski demikian, dia melihat ada potensi kemunduran proyek hingga maksimal 2027.
ADVERTISEMENT
"Karena proses investasi juga jalan, sekarang Harbor Energy juga mulai jalan lagi. Jadi kalau saya lihat, kalau 2026 mungkin masih bisa dikejar. Kalau misalkan geser ya 2027 lah," tutur Dwi.
Berdasarkan data Kementerian ESDM, Blok Tuna diperkirakan memiliki potensi gas di kisaran 100 hingga 150 Million Standard Cubic Feet per Day (MMSCFD). Selain itu, investasi pengembangan lapangan hingga tahap operasional juga ditaksir mencapai USD 3,07 miliar atau setara dengan Rp45,4 triliun.