Belum Hilirisasi, RI Terpaksa Ekspor Bauksit dan Impor Alumina

24 September 2024 16:32 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Deputi Bidang Manajemen Sumber Daya Manusia, Teknologi, dan Informasi Kementerian BUMN, Tedi Bharata. Foto: kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Deputi Bidang Manajemen Sumber Daya Manusia, Teknologi, dan Informasi Kementerian BUMN, Tedi Bharata. Foto: kumparan
ADVERTISEMENT
Deputi Bidang Manajemen Sumber Daya Manusia, Teknologi, dan Informasi Kementerian BUMN, Tedi Bharata, mengungkapkan Indonesia masih menghadapi tantangan dalam hilirisasi industri mineral, terutama bauksit. Hingga kini, Indonesia terpaksa mengekspor bauksit mentah dan mengimpor alumina, padahal bauksit adalah bahan dasar dari alumina yang dapat diolah di dalam negeri.
ADVERTISEMENT
Tedi mengungkapkan, pemerintah sedang mengupayakan solusi dari masalah hilirisasi bauksit yakni dengan melakukan pembangunan pabrik alumina di Mempawah, Kalimantan Barat.
"Baru tadi malam saya diminta untuk mendampingi bapak Erick Thohir dan saya ingin cerita apa yang beliau lakukan pada siang ini sangat-sangat relevan dengan apa yang kita bahas. Beliau sekarang ini ada di Mempawah Kalimantan Barat dan akan melakukan peresmian pabrik alumina," kata Tedi dalam acara kumparan Green Initiative Conference 2024, Selasa (24/9).
Deputi Bidang Manajemen Sumber Daya Manusia, Teknologi, dan Informasi Kementerian BUMN, Tedi Bharata. Foto: kumparan
Tedi menjelaskan bahwa hingga kini, Indonesia masih berada pada tahap awal dalam hal hilirisasi bauksit. Bauksit yang diekspor tanpa diolah memberikan nilai tambah yang rendah bagi perekonomian. Padahal, dengan hilirisasi yang efektif, bauksit dapat diolah menjadi alumina, kemudian menjadi aluminium yang memiliki nilai ekonomi lebih tinggi.
ADVERTISEMENT
"Bauksit kita ekspor, kita harus impor alumina yang merupakan hasil dari smelter bauksit menjadi alumina. Supply chain industri ini masih harus melalui luar negeri," tegasnya.
Pabrik alumina yang tengah dibangun di Mempawah ini merupakan bagian dari upaya pemerintah untuk mempercepat hilirisasi di sektor pertambangan. Tedi optimistis, dengan rampungnya pabrik ini, Indonesia tidak hanya akan mengurangi impor alumina, tetapi juga dapat memproduksi aluminium secara mandiri.
"Dengan peresmian pabrik ini nantinya siklus akan di Indonesia. Tidak ada lagi exposure kepada kurs mata uang asing,” ujar Tedi.
Hari ini, Presiden Joko Widodo (Jokowi) meresmikan injeksi bauksit perdana Smelter Grade Alumina Refinery (SGAR) Fase 1 PT Borneo Alumina Indonesia (BAI) yang berlokasi di Kabupaten Mempawah, Kalimantan Barat.
ADVERTISEMENT
Dalam pembukaan pidatonya, Jokowi mengatakan bahwa Indonesia sudah mengekspor bahan mentah lebih dari 400 tahun lalu sejak zaman VOC. Ia menilai hal itu lah yang membuat Indonesia masih tetap menjadi negara berkembang.
"Kita ini sudah mengekspor bahan-bahan mentah lebih dari 400 tahun yang lalu, sejak zaman VOC kita ekspor bahan-bahan mentah kita yang dulu banyak adalah rempah-rempah. Dan negara yang mengimpor bahan-bahan mentah kita semuanya menjadi negara maju. Kita yang memiliki sumber daya alam, ekspor hanya bahan mentah tidak bisa berkembang menjadi negara maju," kata Jokowi.
Bahkan, Jokowi menegaskan bahwa negara-negara maju sudah kecanduan terhadap impor bahan-bahan mentah. Karena itu, saat Indonesia ingin memulai hilirisasi, banyak menerima gangguan.
Kepala negara itu menilai bahwa saat ini adalah waktu yang tepat untuk membangun industri dan smelter untuk mengolah mineral yang dimiliki.
ADVERTISEMENT
"Oleh sebab itu pembangunan smelter PT Borneo Alumina Indonesia ini yang merupakan kerja sama antara PT Inalum dan PT Antam hari ini kita lihat betul-betul telah kejadian dan selesai untuk fase pertamanya," pungkasnya.