Belum Punya Bullion Bank, Industri RI Banyak Simpan Emas di Singapura

11 Desember 2024 11:45 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia
Airlangga Hartarto saat penandatanganan Nota Kesepahaman antara pelaku usaha Indonesia dan Brasil dalam Indonesia-Brazil Business Forum. Foto: Instagram/ @airlanggahartarto_official
zoom-in-whitePerbesar
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia Airlangga Hartarto saat penandatanganan Nota Kesepahaman antara pelaku usaha Indonesia dan Brasil dalam Indonesia-Brazil Business Forum. Foto: Instagram/ @airlanggahartarto_official
ADVERTISEMENT
Menko Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mendorong agar Indonesia segera membentuk bullion bank alias bank emas. Selama ini, industri hanya terkena biaya manufaktur, sebab menggunakan bullion bank di Singapura.
ADVERTISEMENT
Airlangga berharap, bank emas bisa mendukung hilirisasi logam mulia menjadi lebih baik, seiring dengan melimpahnya produksi emas dan berkembangnya industri perhiasan di Indonesia.
"Selama ini emas hanya mendapatkan cost of manufacturing industri yang di Surabaya, karena bullion bank-nya ada di Singapura. Nah inilah yang kita ingin terus dorong," ungkapnya saat Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Investasi 2024, Rabu (11/12).
Dia menyebutkan, selama ini Indonesia menganggap emas tidak lebih seperti komoditas logam lainnya, sementara di negara lain seperti Inggris dan Singapura, memasukkan emas dalam neraca perbankan.
"Kita yang PT Pegadaian punya 70 ton emas juga itu hitungannya hanya sebagai stok," imbuh Airlangga.
Ilustrasi Emas Batangan Foto: Shutterstock
Rencana pembentukan bank emas ini seiring dengan masifnya pengembangan smelter tembaga, terutama yang dilakukan PT Freeport Indonesia (PTFI) di KEK Gresik. Smelter tersebut bisa memurnikan emas hingga 60 ton per tahun.
ADVERTISEMENT
Kondisi saat ini, kata Airlangga, berbeda dibandingkan saat investasi smelter pertama PTFI yang juga berada di Gresik pada tahun 1967. Smelter tersebut hanya menghasilkan konsentrat tembaga setara dengan 30 ton emas.
"30 ton emas itu dinikmati oleh Spanyol dan Jepang, sampai dengan price metal recovery-nya selesai di Gresik. Jadi baru tahun depan kita menikmati yang 60 ton," jelas Airlangga.
Sebelumnya, Airlangga mengatakan pemerintah bakal meluncurkan bullion bank di 2025. Menurutnya, regulasi terkait bullion bank sudah masuk ke dalam Undang-Undang dan diharapkan dapat direalisasikan pada semester pertama tahun depan.
"Bullion bank UU-nya sudah kita masukkan. Kita berharap tahun depan semester pertama bisa direalisasikan," kata Airlangga di Hotel Raffles Jakarta, Selasa (10/12).
ADVERTISEMENT
Airlangga menegaskan, fokus utama pemerintah adalah pembentukan bank emas. Tanpa perlu membentuk Dewan Emas Nasional. "Kita bicara bank. Jangan bentuk dewan-dewan kebanyakan," tegasnya.