Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
ADVERTISEMENT
Capres nomor urut 02 Prabowo Subianto meminta Indonesia belajar dari China. Pernyataan itu dia ungkapkan kala menyinggung kebijakan impor Jokowi.
ADVERTISEMENT
Awalnya, Prabowo menyebut arah ekonomi Indonesia salah arah. Lalu dia mencontohkan kesuksesan China yang mampu membangun kekuatan ekonomi dalam waktu 40 tahun.
“Kita harus berani mengoreksi diri. Kita harus contoh seperti Republik Rakyat Tiongkok. Dalam 40 tahun dia hilangkan kemiskinan. Kita harus contoh, berani belajar dari yang hebat. Saya tidak salahkan bapak, ini kesalahan kita semua,” kata Prabowo di Hotel Sultan, Jakarta Pusat, Sabtu (13/4).
Lantas, benarkah China mampu menghilangkan kemiskinan dalam 40 tahun?
Berdasarkan penelusuran kumparan, China membutuhkan waktu 40 tahun dalam mereformasi ekonomi. Uraian keberhasilan China ini terdokumentasikan dalam sejumlah jurnal ilmiah.
Salah satu jurnal itu berjudul ‘China’s 40 Years of Reform and Development: 1978–2018’ yang ditulis akademisi ekonomi Ross Garnaut, Ligang Song, dan Cai Fang. Jurnal itu diterbitkan oleh ANU Press pada 2018.
ADVERTISEMENT
Dalam jurnal itu disebutkan bahwa China mulai membuka diri ke dunia luar pada tahun 1978. Reformasi besar-besaran di bidang ekonomi tersebut dilakukan bawah pemerintahan Deng Xiaoping.
Kunci dari keberhasilan itu di antaranya adalah kemampuan China dalam mengakumulasi kapital, serta memanfaatkan jumlah tenaga kerja yang berlimpah. Interaksi dengan dunia internasional lantas mendorong perusahaan China untuk giat menggenjot kegiatan eskpor.
Dalam catatan Bank Dunia, GDP China pada 1978 adalah USD 149,581 miliar Sementara pada 2017 mencapai USD 12,238 trilliun. Hasilnya, 850 juta warga China dapat keluar dari kemiskinan.