news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Benarkah Tarif Murah Pesawat Mematikan Moda Transportasi Lain?

6 April 2019 14:09 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pesawat Airasia. Foto: Reuters/Lai Seng Sin
zoom-in-whitePerbesar
Pesawat Airasia. Foto: Reuters/Lai Seng Sin
ADVERTISEMENT
Setelah bertahun-tahun terlibat dalam perang tarif, kini maskapai penerbangan telah mengibarkan bendera damai. Masing-masing maskapai berkomitmen untuk mengakhiri persaingan tak sehat tersebut.
ADVERTISEMENT
Alhasil, harga tiket pesawat kini berada di level normal, yaitu level yang tidak pernah diketahui masyarakat karena ‘disembunyikan’ di balik perang harga dan embel-embel promosi.
Berbagai reaksi muncul atas keputusan damai tarif ini. Tak sedikit pihak yang menilai langkah ini berdampak negatif. Namun ada pula yang melihatnya sebagai upaya positif.
Berakhirnya perang tarif tidak hanya menyelematkan industri penerbangan, namun juga industri transportasi secara keseluruhan.
Pengamat Transportasi Umum Joko Setiowarno menyatakan, adanya perang tarif tiket pesawat selama ini mematikan bus Antar Kota Antar Provinsi (AKAP).
“(Tiket pesawat) terlalu murah seperti masa lalu, sudah banyak memiskinkan moda yang lain terutama bus umum. Juga kapal laut yang sepi penumpang,” ungkap Joko kepada kumparan, Sabtu (6/4).
com-Tiket Pesawat Murah Foto: Shutterstock
Beruntungnya, nasib kereta api masih lebih mujur karena peminatnya masih banyak. Hal ini berbanding terbalik dengan nasib bus AKAP khususnya trayek ke Sumatera.
ADVERTISEMENT
Menurut Joko, banyak bus tujuan Sumatera yang trayeknya mati. Sebab, mereka kalah bersaing dengan harga yang ditawarkan oleh maskapai penerbangan. Menurutnya, kondisi timpang ini mulai berlangsung sejak Lion Air menerapkan harga murah.
Namun Joko mengakui, sejak perang tarif usai, nasib bus AKAP tujuan Sumatera mulai membaik.
“Betul, tidak mematikan moda lain. Sekarang bus AKAP mulai hidup lagi. Apalagi nanti didorong ada Tol Trans Sumatera, lebih mendukung lagi,” ujarnya.
Bahkan menurut Joko, bus AKAP yang awalnya hanya beroperasi pada malam hari, kini mulai beroperasi juga pada pagi hari.
Hal yang sama juga mulai terlihat di moda kapal laut. Kini penambahan penumpang sudah mulai terjadi. Menurut Joko, hal ini bisa lebih dipastikan nanti pada saat musim mudik.
ADVERTISEMENT
“Kapal jarak pendek, Jawa-Kalimantan, Kalimantan-Sulawesi mulai ada penambahan penumpang,” ujarnya.
Direktur Niaga Garuda Indonesia Pikri Ilham Kurniansyah (kiri), CEO Lion Air Rudy Lumingkewas ( kanan) dalam konpers harga tiket pesawat di Restoran Batik Kuring, SCBD, Jakarta, Minggu (13/1). Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
Sebelumnya, Direktur Niaga Garuda Indonesia Pikri Ilham Kurniansyah mengklaim, kembalinya tarif tiket pesawat ke level normal akan memberikan dampak positif. Salah satunya yaitu terciptanya keadilan pada industri penerbangan.
Sebab maskapai full service tidak perlu lagi bertarung melawan maskapai berbiaya murah atau Low Cost Carrier (LCC). Sebab hal tersebut menurutnya sangat tidak imbang. Selain itu, jika tarif pesawat ada di level normal, maka sekat pilihan moda transportasi bagi masyarakat menjadi lebih jelas.
“Mau cepet, bintang 5 pakai Garuda misalnya Rp 800 ribu. Mau cepet tapi enggak perlu bagasi dan lain-lain, bisa pakai Citilink Rp 600 ribu. Enggak butuh yang cepet, bisa naik kereta Rp 300 ribu,” ujarnya.
ADVERTISEMENT
Artinya, keadilan juga terlihat pada pilihan moda transportasi lain. Sebab menurut Pikri, saat masa perang tarif, harga tiket pesawat tidak jauh berbeda dengan harga tiket yang ditawarkan oleh moda transportasi lain misalnya kereta api dan bus AKAP.
Penumpang beraktivitas di area ‘check in’ atau konfirmasi tiket Bandara Internasional Jenderal Ahmad Yani, Semarang, Jawa Tengah. Foto: Antara/Aji Styawan
Dua tahun lalu, harga tiket pesawat Citilink rute Jakarta-Yogyakarta sempat dipatok sekitar Rp 330 ribu untuk sekali jalan. Harga ini tidak jauh berbeda dengan harga tiket kereta api kelas eksekutif untuk rute yang sama. Sehingga sempat terjadi ketidakadilan harga antarmoda transportasi.
Sedangkan jika harga tiket pesawat kembali ke level normal, kondisi ini diklaim bisa menghidupkan kembali moda-moda transportasi lain.
“Sekarang bus-bus antar kota di Sumatera itu kembali hidup. Masyarakat punya ragam pilihan transportasi,” ujar Pikri.
ADVERTISEMENT
Apalagi menurutnya, pemerintah juga tengah gencar membangun infrastruktur yang berhubungan dengan transportasi seperti jalan tol, rel kereta api, hingga pelabuhan. Menurut Pikri, jika tarif pesawat diturunkan, maka seolah masyarakat memaksakan diri untuk selalu menggunakan pesawat. Yang dikhawatirkan, moda transportasi lain bisa terbunuh.
“Pak Jokowi sudah bangun tol, rel, pelabuhan. Siapa nanti yang mau pakai kalau semua dipaksa terbang?” tandasnya.