Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.92.0
Berapa Potensi Produksi Garam di Indonesia?
21 Maret 2018 18:47 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:10 WIB
ADVERTISEMENT
Meski tak semua tepi pantai cocok untuk produksi garam, namun di beberapa daerah masih memiliki potensi untuk menghasilkan garam. Bahkan di Indonesia bagian timur tengah dilakukan ekstensifikasi memacu produksi garam.
ADVERTISEMENT
Salah seorang petambak garam, Heru, mengatakan luas lahan tambak garam di Jawa yang mencapai 25-30 ribu hektare masih memiliki potensi besar. Menurut dia, jika dikelola dengan baik, bisa menghasilkan 100 ribu ton garam per hektare setiap musimnya.
"100 ton di kali 25 ribu hektare sudah 2,5 juta ton,” ungkap Heru pada kumparan (kumparan.com), Rabu (21/3).
Namun untuk mewujudkan 100 ton garam dalam satu hektare per musim , Heru mengatakan hal tersebut merupakan pekerjaan rumah yang besar bagi pemerintah. Pasalnya rata-rata petambak garam saat ini baru mampu menghasilkan 60 hingga 80 ton per hektare per musim.
“Bahkan cuma 40 ton per hektare per musim. Ini menjadi kendala utama. Masalahnya banyak,” ujar Heru.
ADVERTISEMENT
Salah satu persoalannya adalah pengetahuan petambak garam yang masih minim. Meskipun pelatihan banyak digelar pemerintah dan perusahaan swasta untuk para petambak, tapi tidak disertai pendampingan berkelanjutan. Sehingga keterampilan petambak tidak berkembang.
Dia mengatakan, beberapa wilayah di Jawa yang masih berpotensi menghasilkan garam adalah Karawang, Indramayu, Cirebon, Brebes, Demak, Jepara, Rembang, Pati, dan Lamongan.
Sedangkan Surabaya tidak lagi berpotensi karena ekspansi industri sudah tergolong besar. Selain Jawa, Madura juga masih menjadi tulang punggung produksi garam karena hampir semua wilayah pantainya bisa memproduksi garam kecuali Sampang dan Bangkalan.
“Bali enggak punya karena lebih mahal wisata daripada garam. Lombok barat timur. Bima. Ke Sulawesi. Raksasa garam sekarang di NTT. Masih bisa dibenahi untuk meningkatkan produksi di Pulau Jawa. Istilahnya istri tua masih bisa hamil jangan selingkuh dulu,” ujar Heru.
ADVERTISEMENT
Heru tidak menampik bahwa salah satu permasalahan bagi tambak garam adalah pengalihan lahan. Menurut dia banyak lahan tambak garam yang saat ini sudah beralih fungsi.
Hal tersebut juga dibenarkan Asisten Deputi Sumber Daya Mineral, Energi, Nonkonvensional Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman Amalyos. Menurut dia, efek pembangunan di beberapa daerah berdampak pada kolam-kolam.
“Lahan tambak berkurang jadi permukiman. Efek dari pembangunan industri juga memberikan dampak negatif,” ujar Amalyos.
Menurut dia, ada pula lahan yang masih digunakan sebagai tambak garam. Namun pembangunan di sekitarnya yang menyebabkan hasil garam kurang baik. Akibat pembangunan tingkat sedimentasi menjadi tinggi sehingga air laut sebagai bahan baku juga terpengaruh.
Sedangkan untuk luas lahan tambak garam yang berkurang, Amalyos mengatakan pihaknya belum mengetahui secara pasti. Namun dia tidak menampik bahwa beberapa lahan garam di Madura pun sudah mulai beralih fungsi.
ADVERTISEMENT
“Saya belum tahu secara persis (luas tambak garam yang berkurang). Kalau di Indonesia itu cuma dua, ya. PT Garam punya 5.000 hektare dan garam rakyat 25.000 hektare. Data existing masih seperti itu,” ujarnya.