Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0

ADVERTISEMENT
Hidup adalah sebuah perjalanan — berjuang dan berupaya dengan keras adalah cara untuk mencapai tujuan dari perjalanan tersebut. Seperti itulah kira-kira pesan dari dua sosok inspiratif; Laras Anggraini dan Brian Karno Jan saat dihubungi kumparan (kumparan), Senin (13/5).
ADVERTISEMENT
Laras dan Brian punya kesamaan; mereka berbisnis secara online, dan meski sempat diragukan, mereka berhasil membuktikan diri mereka dan meraih kesuksesan.
Mereka tidak pernah menyangka, keputusan mereka di awal untuk memulai hal baru mampu membawa mereka kepada mimpi mereka. Bagi Laras dan Brian, keberanian dan kerja keras adalah kunci dalam menciptakan peluang. Peluang inilah yang kemudian mengantarkan mereka menggapai mimpinya: memiliki toko online sendiri.
Inilah kisah perjalanan mereka.
Laras Anggraini: Berkarya dengan Sepenuh Hati
“Zaman SMA sampai kuliah seneng nge-design, sempet punya bisnis design custom, print, sampai partner-an sama orang. Tapi pas lulus kuliah, mikir, bikin apa lagi ya? Dari situ kepikiran, kenapa enggak bikin satu produk yang bisa dijadikan macam-macam item,” kata Laras.
ADVERTISEMENT
Laras tidak sendiri membangun usahanya, ia dibantu sahabatnya, Ella, sahabatnya sejak di bangku SMP. “Dari zaman sekolah, aku jualan bareng sama Ella di Instagram. Mimpi bareng ingin punya produk dan toko sendiri. Tercetuslah ide berbisnis di bidang tekstil. Kita sulap kain biasa menjadi kain bermotif unik — pattern design,” lanjut Laras.
Keduanya pun akhirnya membangun usaha yang dinamakan Smitten by Pattern pada Januari 2017. “Bermodal tabungan Rp 12 juta, kita akhirnya membangun Smitten by Pattern. Saat itu baru satu saja produk yang kita produksi: scarf karena mudah dibuatnya, jahit pinggirannya, selesai deh,” ujar Laras menceritakan awal mulanya mendirikan Smitten by Pattern.
Membuka usaha sendiri tidak semudah yang dibayangkan Laras. Selain dia tidak mempunyai bekal ilmu berbisnis lantaran semua keluarganya adalah pekerja kantoran, Laras juga saat itu sulit membagi waktu, antara bisnis dengan pekerjaannya di kantor yang kerap menuntutnya lembur.
ADVERTISEMENT
Rugi tentu pernah ia alami, beda pendapat dengan rekannya pun sudah pasti terjadi. Ia bahkan sempat berada di titik merasa lelah dan menyerah. Namun melihat komentar-komentar di Instagram — sarana berjualannya saat itu — membuat ia bangkit.
“Semua orang menguatkan, terutama orang di sekitar, keluarga yang bilang Smitten udah setengah jalan, jangan menyerah, lanjutkan, membuat aku semangat kembali,” Laras bercerita.
Tantangan-tantangan yang dihadapi memotivasinya untuk memikirkan bagaimana cara mengembangkan Smitten by Pattern. Ia pun bergabung dengan Tokopedia dengan harapan mendapatkan target pasar yang lebih luas.
“Sebelum gabung jadi seller Tokopedia, kita research dengan lokal brand lain yang lebih dulu gabung di Tokopedia. Ternyata review di sana bagus, apalagi Tokopedia juga sudah punya nama, ya siapa sih yang enggak tahu Tokopedia - orang jangkauannya sudah ke 97% kecamatan di Indonesia. Selain itu banyak fitur yang memudahkan kita untuk lebih dekat dengan calon customer,” akunya.
ADVERTISEMENT
Setelah bergabung dengan Tokopedia, Laras merasakan dampak yang luar biasa. Penjualannya semakin meningkat berkat fitur yang disediakan Tokopedia. Salah satunya TopAds Tokopedia.
“Aku pakai TopAds Tokopedia tiap bulan. Product aku jadi lebih banyak dikenal oleh orang, selain itu fitur lain seperti cashback, kupon voucher toko juga memudahkan aku untuk melakukan pemasaran. Kalau di media sosial seperti Instagram sulit untuk membuat promosi seperti itu.”
Dari toko online, Laras dan temannya kini sudah memiliki kantor sendiri yang digunakan untuk memproduksi item lain seperti sarung bantal, pakaian, dan berbagai produk lainnya. “Dari dua orang, sekarang udah ada 7 orang di Smitten by Pattern. Cukup 1 orang di bagian finance karena sistem pembayaran di Tokopedia sudah sangat rapi,” ungkapnya.
ADVERTISEMENT
Dengan berkarya sepenuh hati, Laras dan Ella sangat memperhatikan makna dan nilai seni dari setiap motif pada produk Smitten by Pattern. Wanita ini pun berpesan bahwa tidak perlu takut gagal dalam berbisnis sebelum dicoba. Apalagi kini membuka toko pun tidak memerlukan banyak modal, cukup memanfaatkan platform gratis seperti Tokopedia; dalam waktu 2 menit semua bisa punya toko sendiri.
Brian Karno Jan: Menghias Ruang, Menata Hidup
Di usia yang masih tergolong muda, Brian Karno Jan telah memiliki usaha furnitur online. Sejak awal, dia memang memiliki ketertarikan kepada bisnis. “Sejak kecil saya suka berdagang. Sampai kuliah di luar pun saja jualan. Apa saja yang bisa dijual, ya saya jual,” kata Brian saat dihubungi kumparan (kumparan.com), Senin (13/5).
ADVERTISEMENT
Sejalan dengan hobinya, Brian memiliki cita-cita untuk menjadi desainer interior. Itulah alasannya menimba ilmu di Northumbria University urusan interior design. “Saya tertarik dengan barang-barang unik karena hobi saya menata artistik ruangan,” akunya.
Berkat hobi dan pengalamannya menimba ilmu di luar negeri, pria lulusan Raffles College of Higher Education ini akhirnya memutuskan untuk membangun bisnis furnitur. Keputusannya semakin bulat kala ia melakukan perjalanan keliling Indonesia.
“Untuk meyakinkan diri, saya melakukan perjalanan ke berbagai tempat di Indonesia. Tujuannya untuk menemui banyak pengrajin furnitur di setiap daerah. Perjalanan inilah yang menjadi titik keputusan itu. Setelah saya melihat bahwa produk-produk mereka (para pengrajin) sangat bagus, namun belum tergarap dengan baik,” ujar Brian.
ADVERTISEMENT
Tak berhenti sampai situ saja, Brian pun memilih untuk terjun langsung di dunia bisnis online ketimbang offline. Ia melihat ada peluang yang besar terutama dari model penjualan online. Di tahun 2016, tepatnya di bulan Juli, Brian bergabung bersama Tokopedia untuk memasarkan bisnisnya bernama Mendekor.
“Saat di luar negeri, saya sering mendapat proyek interior. Di sana kami dengan mudah mencari referensi produk interior secara online. Tapi saat kembali ke Indonesia dan mencoba menerapkan hal yang sama, ternyata cukup sulit untuk mencari pilihan produk interior unik yang sesuai dan berkualitas. Makanya saya memilih untuk menjadi seller di Tokopedia supaya masyarakat dengan mudah menemukannya (interior unik),” katanya melanjutkan.
Dengan berbisnis di bidang furniture di Tokopedia, Brian berharap tidak hanya menjembatani para pengrajin lokal dengan pasar yang lebih luas, tetapi juga memudahkan masyarakat Indonesia, terutama generasi milenial, untuk mencari interior yang unik. Namun bukan perkara mudah menjalankan bisnis bagi pria kelahiran Jakarta, 4 Januari 1995 ini. Diakuinya, ia menemukan berbagai tantangan.
ADVERTISEMENT
Salah satu tantangan terberat bagi Brian adalah meyakinkan pengrajin agar melakukan perubahan desain sesuai permintaan pasar modern. Para pengrajin juga menyangsikan dirinya lantaran usianya yang muda ketika ia mengutarakan rencana kerja sama.
“Proses itu enggak mudah, selain menemui untung-rugi, tak sedikit para pengrajin yang ogah membuat karya custom. Saya terus melakukan pendekatan dengan mendatangi mereka langsung dan memberikan jaminan kerja sama yang adil kepada mereka,” papar Brian.
Dengan kegigihan dan kesabaran, metode pendekatan itu berhasil. Puluhan pengrajin lokal akhirnya mau berbisnis dengannya dan memulai pengembangan saluran berbelanja di Mendekor. Selain itu strateginya memanfaatkan saluran penjualan di Tokopedia juga membuahkan hasil yang cukup signifikan. Ini yang membuat pengrajin lokal tersebut semakin percaya kepada model bisnis Brian.
ADVERTISEMENT
“Traffic Tokopedia memang bagus. Kita enggak harus buat ruangan khusus untuk berjualan. Apalagi banyak fitur di dalamnya yang membuat penjual dan calon customer semakin dekat. Bahkan bisa memperluas target pasar,” tutur Brian.
Menurut Brian, Statistik Toko adalah fitur favoritnya yang memungkinannya untuk mengetahui informasi serta statistik transaksi, produk, dan pembelinya. Brian merasa, dengan fitur ini, dia bisa merencanakan strategi penjualannya dengan lebih matang karena ada angka-angka pendukung sebagai tolak ukur yang pasti. Ia juga merasa sangat terbantu dengan opsi date range pada Statistik Toko yang membuatnya bisa melihat performa tokonya pada periode yang ia inginkan.
Saat ini, Mendekor telah bekerjasama dengan puluhan pengrajin lokal dan telah menciptakan ribuan interior unik. Dengan ribuan produk yang ia miliki, Brian tidak membatasi pasar di kalangan konsumen perseorangan saja, tetapi juga membidik para pelaku bisnis (B2B).
ADVERTISEMENT
Beberapa kalangan bisnis yang ingin ia sasar meliputi penyedia layanan desainer interior profesional, arsitek, kontraktor, pemilik kafe, restoran, bahkan perhotelan.
Meski membangun bisnis selalu dihantui perasaan takut dan cemas mengalami kegagalan, bagi Laras dan Brian, rasa takut gagal justru dijadikannya sebagai motivasi. Kedua sosok ini bisa menjadi bukti bahwa beranilah untuk bermimpi dan berani melawan rasa takut. Kerahkan semua kemampuan yang miliki, bahkan berbagai upaya keras yang tak pernah terpikir sebelumnya. Sebab semua kesuksesan berawal dari mimpi.
Cerita ini didukung oleh Tokopedia.