Berharap Produksi Blok Rokan Tak Anjlok saat Diambil Alih Pertamina

26 Juli 2021 9:13 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Blok Rokan dari Chevron yang akan dialih kelola Pertamina per 9 Agustus 2021.  Foto: Dok. Pertamina
zoom-in-whitePerbesar
Blok Rokan dari Chevron yang akan dialih kelola Pertamina per 9 Agustus 2021. Foto: Dok. Pertamina
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Blok Rokan di Provinsi Riau telah menjadi tulang punggung produksi minyak nasional selama 70 tahun sejak berproduksi pertama kali pada 1951. SKK Migas dan PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) yakin melalui usaha-usaha yang akan dilakukan setelah masa alih kelola, dapat mengantarkan produksi Blok Rokan meningkat. Namun usaha ini akan sukses dengan dukungan semua pihak karena membutuhkan waktu dan usaha untuk pencapaiannya.
ADVERTISEMENT
Wakil Kepala SKK Migas Fatar Yani Abdurrahman mengatakan, blok migas yang berkontribusi paling lama di Indonesia dan masih memiliki potensi yang menarik adalah Blok Rokan. Nasib blok tersebut telah ditentukan sejak 2018. Saat itu masih top producer sehingga proses transisi dimulai dalam waktu yang panjang.
“Maka transisi yang panjang ini dapat dilakukan secara seamless dan tidak ada kendala. Blok Rokan juga memiliki potensi cadangan dalam bentuk unkonvensional. Sumur yang paling banyak dioperasikan di Rokan, ada 10.000 sumur, yang beroperasi saat ini sekitar 8 ribuan,” ujarnya dalam keterangan tertulis, Senin (26/7).
Menurut Fatar, strategi dalam pengelolaan Blok Rokan pasca transisi untuk jangka pendek pada 2021 adalah mempertahankan produksi dan transisi yang sukses ke PHR, periode 2022-2025 adalah upaya peningkatan produksi dengan investasi yang signifikan termasuk telah berproduksinya Chemical EOR di Minas. Jangka panjang pada 2026 adalah produksi yang tinggi sesuai long term plan (LTP) PHR Rokan.
ADVERTISEMENT
“Mengingat kontribusi blok Rokan yang sangat besar tersebut, Pemerintah bersama SKK Migas telah memberikan perhatian ketika blok ini dalam proses peralihan dari kontraktor Chevron Pacific Indonesia (CPI) ke PHR. Untuk menjaga agar produksi blok Rokan tetap tinggi dan bisa dijaga secara optimal, telah ditandatangani Head of Agreement (HOA) antara SKK Migas dan CPI pada 28 September 2020”, ujar Fatar.
Wakil Kepala SKK Migas, Fatar Yani Abdurrahman dan Kepala SKK Migas Sumbagut, Avicenia Darwis mengunjungi PT Chevron Pacific Indonesia di Dumai, Provinsi Riau. Foto: Dok. SKK Migas
Di sisi lain, lanjut Fatar, PSC Rokan tidak mengatur pencadangan ASR. Dengan demikian, untuk menjaga tingkat produksi WK Rokan sangat bergantung kepada pengembalian biaya investasi.dengan adanya perjanjian Head Of Agreement (HOA), akan menjamin ketersediaan dana ASR serta pengembalian biaya investasi dapat dijamin. Jumlah program pemboran pada masa alih kelola di HOA berjumlah 192 sumur. “Namun melihat perkembangan yang ada, target pemboran tidak tercapai. SKK Migas telah melakukan koordinasi dengan PHR agar menggenjot pemboran sumur agar target produksi dan lifting 2021 dapat dicapai,” ujar Fatar.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, Direktur Utama PHR Jaffee Arizon Suardin menyampaikan ucapan terima kasih atas dukungan dan kontribusi SKK Migas dalam proses alih kelola. Dengan dukungan dari SKK Migas tersebut, proses alih kelola ini menjadi lebih pasti dan ada jaminan, hal ini bisa dilihat proses saat ini yang dirasakan sangat membantu ketika dikelola oleh PHR.
“Pengeboran adalah salah satu upaya menjaga produksi blok Rokan, dari target 192 sumur yang tadi disampaikan Wakil Kepala SKK Migas tadi, yang tidak bisa direalisasikan oleh existing operator akan dilanjutkan oleh PHR, termasuk sumur-sumur yang direncanakan oleh PHR. Kami perkirakan dengan asumsi 70 sumur belum bisa diselesaikan saat alih kelola, jumlah sumur yang bisa dibor sampai Desember 2021 akan mencapai sekitar 164 sumur,” kata Jaffe.
ADVERTISEMENT
Jaffee mengatakan Blok Rokan berbeda dengan blok lainnya karena menyumbang 24 persen produksi minyak nasional. Serta ada 104 lapangan yang tersebar dari utara sampai ke selatan.
“Ini yang harus kita manage agar produksi bisa dipertahankan. Ada sembilan bidang prioritas alih kelola. Kami akan teruskan apa yang belum diselesaikan, mulai 9 Agustus yang tujuannya agar pada 2021 jumlah sumur tidak kurang sesuai rencana,” ungkap Jaffee.
Ilustrasi Blok Rokan. Foto: Pertamina
Mantan Deputi Perencanaan SKK Migas itu juga mengatakan, PHR akan mengebor dan menyiapkan resources untuk 161 sumur dengan asumsi 77 sumur yang belum sempat diselesaikan oleh eksisting operator. Saat ini, persiapan terus dilakukan. Pertamina sudah menyiapkan sekitar 16-17 rig dan material. Bahkan, rig dan material tersebut bisa digunakan sebelum tanggal 9 Agustus untuk bisa membantu sumur yang sedang dikerjakan eksisting operator. “Tujuannya agar proses alih kelola ini bisa jalan lancar tanpa gangguan,” tukasnya.
ADVERTISEMENT
Menurut Jaffee, Pertamina berkomitmen untuk menggali semua potensi yang ada secara masif, agresif, dan efisien. Serta menyiapkan tidak hanya sumur yang dibor pada 2021, namun juga pada 2022. “Bukan mengejar jumlah sumur, maunya jumlah sumur paling sedikit tapi produksi paling besar. Di blok ini memang dibutuhkan sumur yang banyak,” ungkapnya.
Blok Rokan dengan luas wilayah kerja sebesar 6.264 km2 memiliki 115 lapangan dan dalam perjalanan panjangnya berkontribusi sebesar 46 persen terhadap produksi minyak nasional. Blok Rokan pernah mengalami masa keemasan dengan produksi minyak di atas 600 ribu barel per hari dari 1970 sampai 2003.
Meski produksi mulai menurun, Blok Rokan tetap menjadi tulang punggung produksi minyak nasional dan masih merupakan penyumbang produksi minyak terbesar nomor 2 secara nasional dengan produksi di tahun 2020 sebesar 174 ribu barel dan target 2021 sebesar 165 ribu barel. Saat ini Blok Rokan berkontribusi sekitar 23 persen dari produksi nasional.
ADVERTISEMENT