Berkah Ramadhan, Kacang Bawang Bu Pur Kebanjiran Orderan

7 Mei 2019 13:08 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Hasil produksi kacang bawang Bu Pur dari Yogyakarta. Foto: Dok. Narasuber Hartini
zoom-in-whitePerbesar
Hasil produksi kacang bawang Bu Pur dari Yogyakarta. Foto: Dok. Narasuber Hartini
ADVERTISEMENT
Kacang adalah salah satu camilan atau snack yang digemari masyarakat Indonesia. Bahkan beberapa perusahaan besar ada yang memproduksi camilan kacang secara massal.
ADVERTISEMENT
Variannya pun beragam seperti kacang tanah, kacang telur, kacang atom, kacang koro, kacang Bali, hingga kacang polong sering kita jumpai di berbagai toko maupun pasar swalayan dengan dibubuhi merek-merek ternama.
Potensi bisnis camilan kacang di Indonesia memang luas. Camilan ini termasuk yang mudah diterima di lidah masyarakat. Tak heran, selain perusahaan besar yang menggarap sektor kuliner ini, para pelaku UMKM juga masih setia dengan camilan yang terbuat dari olahan kacang.
Salah satunya adalah Hartini (26). Perempuan yang akrab di sapa Nini ini adalah generasi kedua yang melanjutkan usaha ‘Kacang Bawang Bu Pur,’ usaha rumahan yang dirintis oleh ibunya, Sugiyem, sejak medio 1999 di Bantul, Yogyakarta.
Hasil produksi kacang bawang Bu Pur dari Yogyakarta. Foto: Dok. Narasuber Hartini
Kepada kumparan, Nini mengisahkan bisnis kacang bawang tersebut dirintis dari nol oleh sang ibu. Di awal-awal usaha, ibunya hanya mampu memproduksi 3 kilogram (kg) kacang bawang per hari. Kacang tersebut dijual ke tetangga atau dititipkan di warung-warung kelontong sekitar rumah. Kini, usaha tersebut makin berkembang. Dibantu oleh Nini, produksi Kacang Bawang Bu Pur bisa mencapai puluhan kilo per hari. Apalagi setiap memasuki bulan Ramadhan, permintaan kacang bawang selalu naik signifikan.
ADVERTISEMENT
“Awal jualan, hanya beberapa kilo saja. Sekitar 3 kg per hari. Kalau hari biasa sekarang mencapai 30 kg per hari dan 50-100 kg per hari saat bulan puasa. Untuk pesanan Ramadhan tahun lalu mencapai 2.200 kg atau 2,2 ton, Alhamdulillah,” ungkap Nini kepada kumparan, Selasa (7/5).
Dari penjualan pada Ramadhan tahun lalu saja, Nini berhasil mengantongi omzet sekitar Rp 33 juta.
Nini menjelaskan, untuk produksi kacang bawang sebanyak 20 kg, ia membutuhkan modal sebesar Rp 700 ribu. Modal itu digunakan untuk membeli kacang tanah kualitas terbaik, minyak goreng 1 liter, bawang puting kating 0,5 kg, bawang putih cincau 0,5 kg, garam 1 kg dan jasa karyawan. Selanjutnya, kacang bawang tersebut dijual di pasaran seharga Rp 50 ribu per kg. Sehingga dari produksi 20 kg kacang bawang tersebut, Nini mengantongi omzet Rp 300 ribu atau Rp 15 ribu per kg.
Hasil produksi kacang bawang Bu Pur dari Yogyakarta. Foto: Dok. Narasuber Hartini
Menurut Nini, selama bulan Ramadhan, harga kacang bawang bisa naik seiring derasnya permintaan.
ADVERTISEMENT
“Nanti deket-deket Lebaran bisa mencapai Rp 55 ribu sampai Rp 60 ribu per kg,” ujarnya.
Bahkan pada awal Ramadhan tahun lalu, Nini masih menjual kacang bawang di harga Rp 48 ribu per kg. Masuk Ramadhan tahun ini, ada kenaikan harga menjadi Rp 50 ribu per kg.
Menurut Nini, permintaan paling besar saat Ramadhan datang dari acara-acara buka bersama di sekitaran Kota Yogyakarta. Selain itu, sejak beberapa tahun belakangan, Nini juga bekerja sama dengan para reseller. Dari tangan-tangan reseller inilah banyak permintaan masuk.
Nini mencatat, satu reseller bisa memesan hingga 150 kg. Selain dipasarkan di area Yogyakarta dan sekitarnya, Nini juga melayani pesanan antarkota. Meski jumlahnya belum banyak, namun Nini mengaku ada beberapa yang sudah menjadi pelanggannya.
ADVERTISEMENT
“Ada customer dari Jakarta, Semarang sampai ke Kalimantan,” ujarnya.
Selain itu, Nini juga mencoba menjajakan via online lewat akun instagram yang dikelolanya @kacangbawang_bupur.
Namun di sisi lain, Nini juga mengaku, saat ini dirinya cukup kesulitan untuk mendapatkan bahan baku berupa kacang tanah. Apalagi kacang tanah yang dipakai merupakan jenis tertentu dengan kualitas terbaik. Sulitnya bahan baku menurut Nini disebabkan kondisi cuaca yang buruk akhir-akhir ini.
“Kemarin sering hujan besar, petani kacang juga mengeluh,” ujarnya.
Hasil produksi kacang bawang Bu Pur dari Yogyakarta. Foto: Dok. Narasuber Hartini
Selain bahan baku utama, bahan baku penunjang juga tengah naik harga saat ini. Seperti diketahui, harga bawang putih sedang melambung akibat terlambatnya impor.
“Saya kemarin belanja Rp 500 ribu cuma buat beli bawang putih, udah kayak beli emas,” ujar Nini berseloroh.
ADVERTISEMENT
Meski demikian, Nini merasa peluang bisnis kacang bawang masih sangat besar. Apalagi menjelang Hari Raya Lebaran permintaan tak pernah sepi. Nini pun berharap pada Ramadhan kali ini, ia bisa bekerja sama dengan beberapa toko pusat oleh-oleh. Sebab jelang Lebaran, pusat oleh-oleh selalu diburu masyarakat.
“Kacang jadi camilan yang menurut saya selalu ada saat Lebaran. Potensinya masih besar. Saya juga berharap bisnis ini tidak hanya mentok di produksi rumahan tapi suatu saat jadi usaha yang berizin dan skalanya makin besar. Amin amin,” tandasnya.