Berkat 1.602 Inovasi, Efisiensi dan Pendapatan Pertamina EP Bertambah Rp 7,8 T

16 Maret 2020 21:55 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pengeboran di sumur JAS -D milik Pertamina Foto: ANTARA FOTO/Dedhez Anggara
zoom-in-whitePerbesar
Pengeboran di sumur JAS -D milik Pertamina Foto: ANTARA FOTO/Dedhez Anggara
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
PT Pertamina EP mencatatkan value creation yang terdiri dari efisiensi (cost saving) dan penambahan revenue dari kreativitas dan inovasi pekerja perusahaan selama tiga tahun terakhir senilai total USD 566 juta atau setara Rp 7,8 triliun (kurs rerata Rp 13.925 per dolar AS pada tiga tahun terakhir) dari target USD 87,5 juta.
ADVERTISEMENT
Dari 1.602 inovasi yang dihasilkan para pekerja Pertamina EP (PEP) dalam kurun 2017-2019, sebanyak 98 inovasi telah direplikasi, bahkan lima inovasi di antaranya dipatenkan di Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia.
Lima inovasi pekerja PEP yang telah mendapatkan hak paten di Kemenkumham itu adalah PC ProveWork Over Well Services (WOWS) PEP Asset 3 Jatibarang Field di Indramayu, Jawa Barat berupa Tubing Test Plug, PC Prove Gitu Gitu Aja dari PEP Asset 1 Jambi Field di Jambi berupa alat penyangga perekam data elektronik untuk mengukur tekanan bawah sumur, dan IP Centribike dari PEP Asset 5 Sangasanga Field di Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur berupa alat analisis kadar air sumur minyak portable.
ADVERTISEMENT
Kemudian RTProve SPE dari PEP Asset 4 Tanjung Field di Kabupaten Tabalong, Kalimantan Selatan berupa rumahan alat pengukur tekanan pada sumur minyak dan PCProve Super Cyclone dari PEP Asset 5 Tarakan Field di Kota Tarakan, Kalimantan Utara berupa alat pemisah pasir pada sumur produksi minyak.
Berkat dukungan inovasi para pekerja tersebut, produksi anak usaha PT Pertamina (Persero) dalam tiga tahun terakhir itu pun meningkat. Pada 2017 produksi minyak 77.154 barel per hari (BOPD), naik menjadi 79.445 BOPD pada 2018, dan tahun lalu menjadi 82.213 BOPD. Sedangkan produksi gas 1.018 BOPD pada 2017, naik dibandingkan 2016 yang tercatat 989 juta standar kaki kubik per hari (MMSCFD), kemudian 1.017 MMSCFD pada 2018, dan 959 MMSCFD pada 2019.
ADVERTISEMENT
Benny Lubiantara, Ketua Divisi Opini dan Kajian Ikatan Ahli Teknik Perminyakan Indonesia, mengatakan inovasi sejatinya bukan opsi tapi keharusan. Apalagi di era harga minyak rendah, terobosan melalui inovasi diharapkan tidak saja menjadikan proses menjadi lebih simpel dan efektif, tetapi juga yang berdampak terhadap efisiensi biaya dan optimalisasi produksi.
“Inovasi selalu dipicu oleh kolega di lapangan yang setiap hari menjalankan operasi produksi dan menemui permasalahan di lapangan. Banyak masalah yang menantang dan mendorong terjadinya inovasi sederhana yang sesuai kebutuhan di lapangan atau fit for purpose,” katanya dalam keterangan tertulis, Senin (16/3).
Aktivitas pengeboran migas. Foto: Resya Firmansyah/kumparan
Benny menyebutkan, semua inovasi para pekerja PEP bermanfaat untuk menekan biaya, mempercepat perolehan data, dan mengurangi masalah sumuran. “RT Prove SPE dan PC Prove Super Cyclone memang relatif dampaknya terkait langsung dengan optimalisasi produksi,” katanya.
ADVERTISEMENT
Menurut dia, karya cipta inovasi paling sederhana pun perlu dipatenkan. Hal ini lazim dalam praktik di industri hulu migas di mancanegara. Inovasi seperti lima paten yang didukung oleh manajemen Pertamina EP ini akan semakin memicu semangat kolega di lapangan untuk berpikir dan menemukan ide-ide dan inovasi baru mengantisipasi tantangan yang dihadapi di lapangan yang memang semakin kompleks.
“Pekerja di industri hulu harus kreatif, banyak hal sederhana yg bisa diperbaiki di lapangan, IATMI sangat mendorong inovasi seperti ini, satu inovasi akan mendorong inovasi yang baru lagi. Industri migas ini sangat dinamis, innovation is a must!,” katanya.
Pri Agung Rakhmanto, Founder ReforMiner Institute, menambahkan bahwa efisiensi dan inovasi adalah proses terus-menerus. Hal ini sangat bagus dan positif untuk meningkatkan produksi. “Namun, ini perlu dibarengi dengan efisiensi/standarisasi di dalam sistem pengadaan,” katanya.
ADVERTISEMENT