Berkat Aplikasi TaniHub, Pendapatan Petani Naik 30 Persen

22 Februari 2019 11:47 WIB
clock
Diperbarui 21 Maret 2019 0:03 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
com-Petani di sawah. Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
com-Petani di sawah. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Kehadiran marketplace di kalangan petani saat ini mampu memotong rantai pasok bahan pangan ke konsumen. Lewat marketplace, para petani bisa memasarkan produknya secara langsung kepada masyarakat ataupun perusahaan.
ADVERTISEMENT
Salah satu marketplace yang tersedia bagi petani, TaniHub, mengklaim dengan hadirnya mereka pendapatan petani naik hingga 30 persen.
“Kami secara rutin melakukan survei internal untuk mengukur dampak sosial TaniHub untuk para petani. Hasilnya, pendapatan mereka naik 30 persen,” kata Co-Founder TaniHub, Pamitra Wineka, kepada kumparan, Jumat (22/2).
Wineka menjelaskan, kenaikan pendapatan ini disebabkan pembeli produk petani tadi adalah kalangan korporasi seperti supermarket, restoran, katering, dan UMKM sektor Mamin. Mayoritas kalangan korporasi dan pengusaha tadi membeli dalam jumlah besar dan kontinyu.
Tak hanya ke dalam negeri, TaniHub juga membantu petani mengekspor hasil panen mereka. Sejak berdiri pada Agustus 2016 lalu, TaniHub sudah mengekspor produk petani ke tujuh negara seperti Arab Saudi, India, Vietnam, Singapura, dan Malaysia. Namun, di tahun ini Wineka mengaku ingin fokus untuk menjangkau pasar domestik terlebih dahulu.
ADVERTISEMENT
“Kami ingin semua orang Indonesia bisa menikmati produk lokal dari petani mereka sendiri juga," katanya.
Salah satu upaya mewujudkannya adalah dengan meluncurkan fitur Business to Customer (B2C) di aplikasi TaniHub pada Desember 2018 lalu. Dengan adanya fitur ini, diharapkan produk para petani bisa dipasarkan secara luas di seluruh wilayah Indonesia dan mengurangi rantai pasok.
“Sejauh ini kami sudah melayani lebih dari 2.000 UMKM,” tambahnya.
Para petani yang ingin menjadi mitra TaniHub bisa mendaftar lewat website. Setelah terverifikasi, para petani tinggal mengunggah produk mereka yang akan segera panen.
“Para petani tinggal menjelaskan keterangan produknya apa saja, yang akan segera panen komoditas apa. Berapa jumlahnya dan bagaimana kualitasnya," paparnya.
ADVERTISEMENT
TaniHub mengambil komisi dari setiap transaksi yang terjadi. Sebab, selama transaksi, TaniHub yang akan melakukan grading, packing, serta menghubungkan ke lembaga pembiayaan agar pembayaran ke petani bisa dilakukan dengan cepat.
“Namun angka komisi ini kecil sekali, variasi bahkan kadang ada yang minus. Karena kami memang mau ciptakan ekosistem dulu,” katanya.
Selain mengembangkan TaniHub, pihaknya juga akan fokus untuk mengembangkan layanan financial technology (fintech), TaniFund. Layanan fintech pinjam-meminjam ini terintegrasi dengan TaniHub dan berada di bawah Tani Group.
“Supaya petani yang bagus namun unbankable, bisa mendapatkan permodalan dari masyarakat. TaniFund menerapkan skema bagi hasil atas pinjaman yang diberikan kepada petani. Besarannya, 40 persen dari keuntungan diberikan kepada investor, 40 persen untuk petani, dan 20 persen untuk perusahaan,” tutupnya.
ADVERTISEMENT