Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Berkat Racikan Nunuk Nuraini, Indomie Jadi Favorit Anak Muda di Arab Saudi
1 Februari 2021 11:06 WIB
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Gerai pertama dibuka di kota Jeddah, pada saat itu Indomie dikonsumsi oleh pekerja asing asal Indonesia maupun warga asli. Hingga hari ini membuat permintaan Indomie semakin tinggi, seiring bertambahnya dua pabrik dengan produksi 2 juta pack per hari.
Melansir Arabnews, Senin (1/2), Indomie menjadi mi instan favorit orang Arab Saudi. Harga yang sangat terjangkau, dengan rasa yang unik membuat Indomie dipuja-puja.
Salah satu pekerja rumah sakit Sarah Al-Suqair mengatakan bahwa Indomie telah menjadi bagian dari dapur orang-orang Arab. Ia juga menambahkan orang-orang merayakan makan mi instan tidak hanya di dalam rumah saja.
“Saya mengingat mangkuk Indomie sangat populer di sekolah, banyak yang menukarkan Indomie dengan uang, mainan, video game atau bahkan bantuan seperti mengerjakan PR,” kata Sarah.
ADVERTISEMENT
“Itu adalah bentuk selundupan yang paling enak di sekolah, terutama ketika guru mulai melarang mereka,” imbuhnya.
Bahkan, Ahli Gizi Leila Bakri mengatakan bahwa salah satu kelemahannya yaitu menolak semangkuk Indomie goreng walau tak sehat.
“Sebenarnya mi instan bukan lah makanan yang benar-benar sehat, karena kandungan natrium. MSG, dan bahan-bahan olahan di dalamnya. Tapi Saya benar-benar tidak bisa menahannya,” tuturnya.
Ia mengaku tumbuh besar dengan Indomie. Indomie sulit dihindari karena harga yang murah dan pembuatan yang mudah. Leila mengeklaim biasa menambahkan ayam hingga sayuran segar agar lebih sehat.
“Saya bahkan mencoba membuat versi saya sendiri, tetapi kenyataannya sekeras apa pun saya mencoba saya tidak akan pernah bisa menciptakan rasa Indomie yang otentik,” jelasnya.
ADVERTISEMENT
Indomie sendiri merupakan racikan tangan Nunuk Nuraini , yang telah meninggal pada Rabu (27/1). Ia meninggal saat menjalani perawatan di sebuah rumah sakit di Jakarta. Nunuk meninggal dalam usia 59 tahun.
Dia telah bekerja sebagai peramu rasa di divisi mi instan PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) lebih dari 26 tahun. Sepanjang kariernya itu di divisi mi instan ICBP, Nunuk bersama tim Flavor Development diketahui telah menghasilkan bumbu Indomie untuk beragam varian rasa produk mi instan Indomie. Apa pun rasa Indomie, produk mi instan ini sangat populer di masyarakat karena jadi makanan favorit di tanggal tua dengan harga yang terjangkau namun mengenyangkan.
Dijual di Pasar Gelap, Dijual Hingga Rp 1 Juta
ADVERTISEMENT
Kini Indomie tidak hanya dikenal sebagai mi instan, lebih dari itu, merek yang telah dibangun sejak 1972 kini berkembang menjadi merchandise, seperti kaus oblong, peralatan dapur, pin dan stiker.
Kini, Indofood menjadi produsen mi terbesar di dunia yang tersebar di 80 negara. Indomie juga telah melakukan inovasi melalui varian rasa yang ada di tiap-tiap negara. Misalnya di Nigeria yang merupakan konsumen terbesar di dunia dengan menciptakan rasa Jollof.
Jollof merupakan tiruan rasa hidangan nasi khas Afrika Barat. Bahkan saking tingginya permintaan di belahan dunia, terdapat pasar gelap yang menyediakan Indomie dengan harga mahal.
Salah satu e-commerce Ebay menjual rata-rata lima bungkus Indomie sekitar USD 1,9 atau sekitar Rp 26 ribu. Namun, melalui platform yang sama di Nigeria harga jual mampu mencapai USD 70 atau sekitar hampir Rp 1 juta.
ADVERTISEMENT
“Tetapi satu kotak yang berisi 20 bungkus Indomie Relish,” tulis Arabnews.
Salah satu Penjual hadiah di Australia merilis Lilin beraroma Mie Goreng pada tahun 2019. Ia mengaku terinspirasi merek Indomie karena sangat disukai. Hanya saja beberapa negara lain kesulitan menirukan cita rasa Indomie.
Dalam wawancara dengan Katadata, situs berita bisnis, CEO Indofood Franciscus Welirang mengatakan konsumen Indomie di Arab Saudi kini sudah memasuki generasi kedua. Indomie juga mendominasi 95 persen pasar mi instan di Kerajaan, meskipun ada beberapa pesaing, menurut Konsulat Jenderal Indonesia di Jeddah.