Berkat Restrukturisasi, Garuda Indonesia dari Rugi Jadi Untung Rp 56 T di 2022

1 April 2023 20:53 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pesawat Garuda Indonesia bersiap lepas landas membawa personel dan logistik serta peralatan dalam misi Bantuan Kemanusiaan Indonesia menuju Turki, dari Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta pada Senin (13/2/2023). Foto: Dok. BNPB
zoom-in-whitePerbesar
Pesawat Garuda Indonesia bersiap lepas landas membawa personel dan logistik serta peralatan dalam misi Bantuan Kemanusiaan Indonesia menuju Turki, dari Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta pada Senin (13/2/2023). Foto: Dok. BNPB
ADVERTISEMENT
PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) meraup laba bersih secara konsolidasi senilai USD 3,73 miliar atau setara Rp 56,03 triliun (asumsi kurs Rp 14.995 per dolar AS) sepanjang 2022 (year on year/yoy). Kondisi ini merupakan kebalikan dari tahun 2021 yang rugi bersih senilai USD 4,15 miliar atau setara Rp 62,36 triliun pada tahun 2021.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan laporan keuangan Garuda Indonesia yang dikutip dari Bursa Efek Indonesia, Sabtu (1/4), laba bersih ini ditopang dari pendapatan usaha senilai USD 2,1 miliar atau setara Rp 31,49 triliun dan pendapatan usaha lainnya senilai USD 4,35 miliar atau setara Rp 65,29 triliun.
Segmen pendapatan usaha terbesar berasal dari penerbangan berjadwal senilai USD 1,68 miliar. Kemudian, penerbangan tidak berjadwal menyumbang pendapatan sebesar USD 174 juta dan segmen lainnya tercatat sebesar USD 235 juta.
Dari segmen geografis, penerbangan domestik Jakarta menyumbang pendapatan tertinggi senilai USD 1,73 miliar. Kemudian disusul oleh penerbangan Surabaya senilai USD 114,75 miliar, penerbangan Makassar senilai USD 83,1 juta, dan penerbangan Medan senilai USD 44 juta.
Segmen lainnya yaitu penerbangan internasional dari Tokyo senilai USD 48,18 juta, penerbangan Shanghai senilai USD 22,72 juta, penerbangan Singapura senilai USD 22,34 juta, penerbangan Amsterdam senilai USD 20,22 juta, dan Sydney senilai USD 9,56 juta.
ADVERTISEMENT

Diuntungkan karena Restrukturisasi Utang

Selain dari pendapatan usaha, ternyata penyumbang terbesar laba bersih Garuda Indonesia salah satunya karena ada restrukturisasi utang.
Hal ini terjadi karena dalam menyesuaikan utang dari kreditur utama terkait Maintenance, Repair and Overhaul (MRO), lessor pesawat, utang obligasi dan vendor lainnya dengan nilai > Rp 255 juta sesuai dengan putusan homologasi, mengakibatkan perusahaan mengakui keuntungan atas restrukturisasi utang sebesar USD 2,85 miliar.
Perusahaan juga mendapatkan keuntungan dari restrukturisasi pembayaran senilai USD 1,38 miliar. Lalu pendapatan bersih lainnya berasal dari konsesi sewa senilai USD 275,03 juta dan keuntungan atas perubahan liabilitas estimasi biaya pengembalian dan pemeliharaan pesawat senilai USD 73,78 juta.
Diuntungkannya Garuda Indonesia karena restrukturisasi utang ini pernah diungkap juga oleh Wakil Menteri BUMN II Kartika Wirjoatmodjo tahun lalu saat Garuda Indonesia mengumumkan laba bersih USD 3,81 miliar pada per Juni 2022 atau semester I 2022. Nilai tersebut setara Rp 57,2 triliun dengan asumsi kurs Rp 15.000 per USD.
Direktur Utama dan CEO Garuda Indonesia, Irfan Setiaputra, menyampaikan sambutan di acara peluncuran buku 'Garuda Inside Story', Rabu (16/11). Foto: Wendiyanto Saputro/kumparan
Tiko, sapaan akrab Kartika, menyebutkan Garuda Indonesia setidaknya memiliki kewajiban senilai USD 9 miliar atau setara Rp 133,88 triliun (asumsi kurs Rp 14.876 per USD), yang terdiri dari USD 3 miliar kewajiban di masa lalu dan USD 6 miliar di masa depan. Kewajiban tersebut berupa penyewaan (leasing) pesawat.
ADVERTISEMENT
“Misalnya kita sewa pesawat 10 ribu jam, seribu jam sudah kita consumed, itu menjadi past do. Yang sisanya 9.000 jam yang ke depan itu jadi kewajiban. Wajib dipakai, jadi sifatnya take or pay, makanya begitu kena PSAK (Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan) semua kewajiban ke depan itu jadi liability semua,” jelasnya dalam perbincangan dengan media di kawasan Seminyak, Bali, Jumat (19/8) lalu.