Beroperasi 2025, Tarif Kereta Semi Cepat JKT-SBY Ditaksir Rp 400.000

24 September 2019 21:01 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kereta Alstom Euroduplex di Jepang Foto: Wikimedia Commons
zoom-in-whitePerbesar
Kereta Alstom Euroduplex di Jepang Foto: Wikimedia Commons
ADVERTISEMENT
Meski tahap studi kelaikan atau feasibility study (FS) masih berlangsung, namun Kementerian Perhubungan (Kemenhub) memperkirakan tarif Kereta Semi Cepat Jakarta-Surabaya sekitar Rp 400.000.
ADVERTISEMENT
Menurut Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, angka itu merupakan keinginan masyarakat umum agar harga tiket terjangkau. Namun, dia tak memungkiri angka tersebut masih bisa berubah.
"Kurang lebih Rp 400.000. Itu menjadi nilai yang sangat diminati. Oleh karenanya kita akan optimalisasikan antara berapa investasi, berapa yang kita bebankan," jelasnya di Hotel Pullman, Jakarta, Selasa (24/9)
Dia menambahkan, perkiraan investasi proyek itu mencapai Rp 60 triliun. Jika mengacu perkiraan itu, angka Rp 400.000 tak masalah bagi investor. Tapi jika nilai investasi naik, kemungkinan tarifnya juga akan mengikuti.
"Dengan return katakanlah 10 tahun akan ketemu Rp 400.000, tapi ini belum final. Ekspektasi kita itu Rp 400.000-450.000. Tapi kalau ternyata investasinya lebih dari Rp 60 triliun mungkin harganya juga akan naik," kata Budi Karya.
Kereta Jepang. Foto: Pixabay
Adapun nilai investasi yang akan digelontorkan saat ini tengah dihitung dalam FS oleh konsultan Japan International Cooperation Agency (JICA). FS itu ditargetkan rampung Oktober 2020.
ADVERTISEMENT
“Dalam time table teman-teman JICA sampai Oktober 2020 melakukan survei. Proyek ini akan mulai dibangun pada 2022,” ujarnya.
Berdasarkan perjanjian antara pemerintah Indonesia dengan Jepang, kecepatan maksimum kereta semi cepat Jakarta-Surabaya itu dipatok 160 km per jam dengan target waktu tempuh Jakarta-Surabaya hanya 5,5 jam. Kereta itu akan bermesin Diesel Electric Multiple Unit (DEMU).
"Proyek ini sendiri kita harapkan Jakarta-Surabaya jadi 5,5 jam, artinya berkurang 3,5 jam. Bisa jadi alternatif dan bisa bersaing dengan moda lain," imbuh Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi.