Bertambah, 16 Sapi Impor Australia di RI Positif Kena Penyakit Kulit (LSD)

13 Agustus 2023 15:29 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Dokter hewan dari Dinas Peternakan dan Ketahanan Pangan Kota Palembang menyuntikkan vaksin penyakit mulut dan kuku (PMK) kepada sapi saat Vaksinasi PMK Hewan Ternak di Palembang, Sumatera Selatan, Selasa (28/6/2022). Foto: Nova Wahyudi/ANTARA FOTO
zoom-in-whitePerbesar
Dokter hewan dari Dinas Peternakan dan Ketahanan Pangan Kota Palembang menyuntikkan vaksin penyakit mulut dan kuku (PMK) kepada sapi saat Vaksinasi PMK Hewan Ternak di Palembang, Sumatera Selatan, Selasa (28/6/2022). Foto: Nova Wahyudi/ANTARA FOTO
ADVERTISEMENT
Badan Karantina Pertanian (Barantan) Kementerian Pertanian menemukan 16 sapi impor dari Australia yang positif penyakit Lumpy Skin Diseases (LSD). Sapi tersebut dikirim dari 4 fasilitas peternakan Australia yang kini ditangguhkan sementara oleh pemerintah Indonesia.
ADVERTISEMENT
LSD merupakan penyakit kulit infeksius yang disebabkan oleh Lumpy Skin Disease Virus (LSDV). Berdasarkan keterangan Kementan, LSDV merupakan virus bermateri genetik DNA dari genus Capripoxvirus dan famili Poxviridae.
"Dilaporkan, sapi impor asal Australia yang positif LSD bertambah 3 ekor untuk periode pemasukan tanggal 27 Juli hingga 12 Agustus 2023 melalui Pelabuhan Tanjung Priok," kata Kepala Pusat Karantina Hewan dan Keamanan Hayati Hewani, Barantan, Wisnu Wasisa dalam rilis resmi dikutip Minggu (13/8).
Barantan sebelumnya menemukan 13 ekor sapi positif terjangkit LSD dari pengiriman tanggal 12 Juli 2023.
"Dengan demikian jumlah total sapi impor dari Australia positif LSD pada periode 25 Mei sampai 14 Agustus 2023, berjumlah 16 ekor," sambungnya.
Petugas memasang spanduk sosialisasi ancaman penyebaran Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) ternak sapi di pasar hewan Desa Sibreh, Kecamatan Sibreh, Kabupaten Aceh Besar, Aceh, Selasa (11/5/2022). Foto: Ampelsa/ANTARA FOTO
Terhadap sapi yang dinyatakan positif LSD, telah dilakukan pemotongan bersyarat oleh Pejabat Karantina dengan disaksikan oleh dokter hewan berwenang setempat, untuk mencegah penularan lebih lanjut.
ADVERTISEMENT
Sejumlah 16 ekor sapi yang dinyatakan positif tersebut adalah sebagian dari tahapan pengiriman impor karena masih ada sapi-sapi dari Australia yang kini sedang dalam pelayaran menuju Indonesia.
"Sapi impor asal empat premisis yang ditangguhkan dan sudah terlanjur berlayar dan berada di atas kapal menuju Indonesia masih dapat masuk dengan mendapat perlakukan khusus, berupa pemeriksaan dan sampling lebih ketat dari biasanya sesuai kaidah epidemiologi veteriner," jelas Wisnu.
Barantan juga melakukan pengetatan tindakan karantina berupa pemeriksaan laboratorium untuk penyakit LSD pada sapi yang menunjukkan gejala klinis, serta terhadap sapi impor asal 56 fasilitas peternakan di Asutralia lainnya yang belum ada temuan penyakit LSD.

Penyakit Mulut dan Kuku Rugikan Peternak Sapi

Ketua Umum Perhimpunan Peternak Sapi dan Kerbau Indonesia (PPSKI) Nanang Purus Subendro sebelumnya mengatakan LSD yang menyerang sapi di Indonesia membuat harga sapi anjlok.
Ketua Umum Perhimpunan Peternak Sapi dan Kerbau Indonesia (PPSKI) Nanang Purus Subendro. Foto: Instagram.com/drhnanang
"Nilai ekonominya menyusut, kalau kena LSD harga jualnya bisa berkurang 30 persen," kata Nanang kepada kumparan, Minggu (6/8).
ADVERTISEMENT
Pada satu ekor sapi, biasanya dapat diambil kulitnya seberat 30 kg dengan harga Rp 20 ribu per kg. Kalau sudah terjangkit LSD, kulit sapi tidak bisa dijual dan hanya menjadi limbah.
Sapi yang terserang LSD juga menurunkan nafsu makan sapi sehingga dagingnya juga berkurang sehingga harga jual sapi bisa turun sampai 30 persen.
"Misal sapi normal Rp 50 ribu per kg, sapi yang terkena LSD tinggal Rp 30 ribu per kg. Kalau sapi berat 400 kg harga normal Rp 20 juta, tapi kalau kena LSD, 400 kg kali Rp 30 ribu," kata Nanang.