Bertemu Erwela Klaster Usaha BRI, Dimulai dari Daur Ulang, Kini Fokus Merajut

29 Maret 2024 14:48 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ibu-ibu anggota Klaster Erwela BRI. Foto: Moh Fajri/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ibu-ibu anggota Klaster Erwela BRI. Foto: Moh Fajri/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Belasan ibu-ibu dari RW 08 Lenteng Agung, Jakarta Selatan, sering berkumpul. Namun, bukan sekadar kumpul-kumpul biasa.
ADVERTISEMENT
Mereka berupaya menghasilkan usaha dari kreativitas yang dimiliki. Hingga akhirnya lewat bantuan PT Bank Rakyat Indonesia atau BRI, mereka bisa menjadi klaster usaha yang diberi nama Erwela atau RW Delapan Lenteng Agung.
Sesuai namanya, semua anggota Klaster Erwela berasal dari RW 08. Rinciannya, RW 08 berisi 14 RT. Dari 14 RT itu ada 1 perwakilan untuk bergabung di Klaster Erwela. Jumlah itu ditambah 3 orang yang ditunjuk berperan sebagai ketua, sekretaris, dan bendahara.
Ketua Klaster Erwela, Heni Nuryani, menjelaskan pada 2018 pihaknya memulai usaha dengan mengolah atau daur ulang barang-barang bekas menjadi kerajinan.
“Awal mulanya sih kita dari daur ulang dari barang-barang bekas seperti plastik kresek, botol itu awal berdiri, terus karena dengan seiring kemajuan teknologi kita coba ke rajut,” kata Heni saat berbincang dengan kumparan di Kantor RW 08, Lenteng Agung, Jakarta Selatan, dikutip pada Jumat (29/3).
ADVERTISEMENT
Heni mengungkapkan usaha daur ulang sampah menjadi kerajinan sering diikutkan bazar. Saat mengikuti bazar itulah Heni bertemu dengan pihak BRI dan mulai merajut.
“Kebetulan waktu itu pas kita ikut bazar di BRI Meruyung diangkatlah klaster rajut ini, kebetulan di kita di Kelurahan Lenteng Agung ini ada satu-satunya klaster di sini, di RW 08,” ujar Heni.
“Kemarin diminta sama BRI adanya rajutan, coba dicoba naik ke rajutan ya akhirnya naik ke rajutan,” tambahnya.
Ibu-ibu anggota Klaster Erwela BRI. Foto: Moh Fajri/kumparan
Heni mengakui saat itu belum semua anggotanya tahu cara merajut. Hanya ada satu orang anggota Klaster Erwela yang bisa. Akhirnya, satu anggota yang bernama Tia itu diminta untuk membagikan pengetahuannya dalam merajut.
Pelan tapi pasti, para anggota Klaster Erwela sudah bisa merajut barang seperti tas, tempat ponsel, topi, dompet, hingga taplak meja. Perkembangan itu selalu dipantau oleh pihak BRI sampai akhirnya mendapatkan bantuan.
ADVERTISEMENT
“Awal mulanya BRI ngelihat kerja kita, dulu disurvei dari BRI, terus dikasih pelatihan. Nah ternyata maju, berkembang, akhirnya dikasihlah bantuan mesin jahit, mesin obras, mesin rajut. Dapat bantuan dari BRI ini 2023 akhir,” ungkap Heni.
Bantuan tersebut langsung dimaksimalkan untuk meningkatkan produksi barang-barang rajutan. Tidak ada target produksi yang dikejar. Namun, Heni memastikan selalu ada yang diproduksi setiap harinya.
Topi hasil rajutan Klaster Erwela. Foto: Moh Fajri/kumparan
Hasil rajutan di Klaster Erwela dibanderol mulai dari Rp 50.000 sampai Rp 350.000. Pasar yang baru bisa dijangkau adalah di lingkungan RW 08 dan mengikuti kalau ada bazar yang dilakukan di daerah lain.
“Kita biasa jual ke warga sekitar baru ke bazar. Masih di lingkungan ini belum naik ke luar. Kita kelompok kita produksi, kita jualnya ke warga,” terang Heni.
ADVERTISEMENT
Penghasilan yang didapatkan masih tidak menentu. Tantangan utamanya saat ini adalah di pemasaran.
Heni berharap dalam waktu dekat bisa mendapatkan bantuan seperti Kredit Usaha Rakyat (KUR) dari BRI. Dana tersebut akan dimanfaatkan untuk modal dan berupaya memperluas akses pemasaran.
Sembari menunggu dana itu, Heni tetap menjalankan Klaster Erwela. Menurutnya, klaster ini juga membuat ibu-ibu yang menjadi anggota mempunyai kegiatan positif.
“Daripada nganggur, iseng-iseng menghasilkan,” tutur Heni.