BHP Group Bakal Investasi di RI Usai Bisnis Nikel di Australia Gulung Tikar?

29 Juli 2024 19:14 WIB
ยท
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Perusahaan tambang nikel asal Australia, BHP. Foto:  BHP
zoom-in-whitePerbesar
Perusahaan tambang nikel asal Australia, BHP. Foto: BHP
ADVERTISEMENT
Perusahaan pertambangan multinasional Australia, BHP Group Limited, dikabarkan akan berinvestasi di Indonesia setelah menutup bisnis nikel di Australia.
ADVERTISEMENT
Sekretaris Umum Asosiasi Penambang Nikel Indonesia (APNI), Meidy Katrin, mengatakan BHP Group menutup bisnis nikelnya di Australia karena biaya produksi nikel sulfida lebih mahal daripada nikel laterit yang umum di Indonesia.
"Kalau kita melihat, BHP itu tidak mampu itu berkompetisi dengan cost. Tadi kan saya sebut cost ya, karena kalau kita bicara BHP itu di Australia, Australia itu kan sulfida. Sulfida itu cost production lebih tinggi dibanding laterit di Indonesia," jelasnya saat ditemui di Hotel Mulia Senayan, Senin (29/7).
Bisnis nikel BHP semakin terseok-seok, lanjut Meidy, disebabkan harga nikel saat ini anjlok di kisaran USD 16.000 per ton. Hal ini menyebabkan biaya produksinya jauh lebih tertekan.
"Akhirnya mereka kalah bersaing dalam kompetisi production cost, karena mungkin kalau harga nikel di atas USD 25.000 mereka masih bisa survive. Tapi kalau harga nikel dunia sudah menyentuh level sampai USD 16.000, apalagi nanti USD 15.000 tambah turun," katanya.
ADVERTISEMENT
Meidy mengaku sempat berdiskusi dengan BHP Group terkait potensi investasi di Indonesia. Meski demikian, kepastiannya belum bisa diumumkan saat ini.
Ilustrasi Tambang Nikel Indonesia Foto: Masmikha/Shutterstock
Dia menjelaskan, pada prinsipnya BHP Group sudah memiliki ekosistem hilirisasi nickle matte tentunya membutuhkan keandalan pasokan. Dengan demikian, perusahaan disebut bisa menggandeng mitra pertambangan nikel di Indonesia.
"Tapi tidak menutup kemungkinan, belum pasti ya, tidak menutup kemungkinan BHP akan masuk ke Indonesia. Saya belum confirm ya, tapi ada peluang ke sana," ungkap Meidy.
Dia pun berharap, dengan masuknya BHP Group ke Indonesia, semakin membuktikan bahwa industri pertambangan nikel Indonesia tidak hanya dikuasai oleh perusahaan China.
"Tapi ya kita berharap ada perusahaan-perusahaan di luar China yang mau masuk juga di Indonesia. Sehingga kita tidak disebut China controlled," tegas dia.
ADVERTISEMENT
Menurutnya, pertimbangan BHP Group masuk ke Indonesia juga dipengaruhi oleh situasi politik saat ini yang tengah dalam masa transisi pemerintahan. Para investor, kata dia, sedang menunggu kepastian regulasi.
"Kayaknya tergantung situasi politik ya. Ini kan kita lagi menunggu regulasi apa nih untuk pemerintahan yang baru. Kita melihat nanti mungkin tahun depan kali ya," kata Meidy.