Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0

ADVERTISEMENT
Bank Indonesia (BI) mencatat, 401 Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) Indonesia berpotensi untuk mengekspor produknya. Data itu diperoleh survei BI yang dilakukan pada triwulan I 2019.
ADVERTISEMENT
Menurut Kepala Departemen Pengembangan UMKM BI, Budi Hanoto, terdapat 4 fase UMKM, yakni UMKM potensial, UMKM sukses dalam operasional, UMKM sukses digital, dan UMKM ekspor.
Adapun produk UMKM yang potensial untuk ekspor itu bervariasi, mulai dari produk makanan olahan, kain tradisional, hingga kerajinan tangan.
"UMKM potensial jumlahnya 401 UMKM. Artinya potensial dia masih dibina BI dan didampingi dan difasilitasi," ujarnya saat ditemui di Gedung BI, Jakarta, Selasa (9/7).
Dia menjelaskan, langkah BI untuk membuat UMKM naik kelas yakni dengan memfasilitasi infrastruktur teknologi, artinya penjualan produk dibuat digital. Sebab terdapat UMKM daerah yang tak bisa berjualan online karena belum tersambung internet.
"Kemudian BI menggandeng e-commerce untuk teknologi. Lalu nanti akan ada business matching untuk UMKM yang belum deal dengan (importir) si-A dan si-B," papar Budi.
ADVERTISEMENT
Dia pun mengungkapkan, jumlah UMKM yang terdata saat ini sebanyak 898 usaha, terdiri dari 662 UMKM binaan BI, 146 UMKM data dari kementerian/lembaga lain, dan 90 UMKM phasing out atau terdata telah ekspor.
Dari data tersebut, sebanyak 401 UMKM tercatat potensial, 51 UMKM tercatat sukses dalam operasional, 355 UMKM tercatat telah melakukan digitalisasi, dan 91 UMKM telah melakukan ekspor.
"Negara tujuan ekspor itu saya lihat garmen lebih ke AS, Eropa. Asia masih tujuan generik. Saya ngobrol untuk batik, ada Afrika. Pasar-pasar tradisional harus diterobos," jelasnya.