BI akan Intervensi Rupiah Jika Terus Anjlok ke Level Terburuk karena Trump

5 April 2025 14:25 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Seorang petugas menunjukan pecahan Dolar AS dan Rupiah di salah satu tempat penukaran mata uang asing di Kwitang, Jakarta, Senin (9/12/2024). Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Seorang petugas menunjukan pecahan Dolar AS dan Rupiah di salah satu tempat penukaran mata uang asing di Kwitang, Jakarta, Senin (9/12/2024). Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
ADVERTISEMENT
Bank Indonesia (BI) terus memantau secara ketat perkembangan pasar keuangan global dan domestik setelah kebijakan tarif baru diumumkan oleh Presiden AS Donald Trump pada 2 April 2025. Kebijakan yang menuai respons keras dari mitra dagang global itu disebut memicu dinamika signifikan di pasar keuangan internasional.
ADVERTISEMENT
Kepala Departemen Komunikasi Bank Indonesia, Ramdan Denny Prakoso, menjelaskan pasar global langsung merespons dengan volatilitas tinggi pasca pengumuman kebijakan tarif Trump dan menyusulnya langkah retaliasi tarif oleh Tiongkok pada 4 April 2025.
“Pasca pengumuman tersebut dan kemudian disusul oleh pengumuman retaliasi tarif oleh Tiongkok pada 4 April 2025, pasar bergerak dinamis di mana pasar saham global mengalami pelemahan dan yield US Treasury mengalami penurunan hingga jatuh ke level terendah sejak Oktober 2024,” kata Denny dalam keterangan resminya, Sabtu (5/4).
Denny menegaskan, Bank Indonesia akan terus menjaga kestabilan nilai tukar rupiah. Termasuk melalui intervensi pasar jika diperlukan.
Kepala Departemen Kebijakan Makroprudensial Bank Indonesia Solikin M. Juhro dalam Taklimat Media, Rabu (26/3/2025). Foto: Ave Airiza/kumparan
“BI tetap berkomitmen untuk menjaga kestabilan nilai tukar rupiah, terutama melalui optimalisasi instrumen triple intervention (intervensi di pasar valas pada transaksi spot dan DNDF, serta SBN di pasar sekunder) dalam rangka memastikan kecukupan likuiditas valas untuk kebutuhan perbankan dan dunia usaha serta menjaga keyakinan pelaku pasar,” kata dia.
ADVERTISEMENT
Sebelumnya, Pengamat pasar uang Ibrahim Assuaibi mengatakan pemerintah mesti bertindak cepat memitigasi dampak akibat tarif impor AS, agar pelemahan rupiah tidak berlanjut merosot. Indonesia termasuk negara yang masuk target Trump dengan diberlakukan tarif 32 persen.
"Ini melemahnya cukup tajam, walaupun perdagangan internasional di hari ini pun juga masih berkutat di Rp 16.745, sempat di Rp 16.770," kata Ibrahim ketika dihubungi kumparan, Kamis (3/4).
Menurut Ibrahim, pemerintah harus melakukan perlawanan terhadap AS dengan menetapkan biaya impor sebesar 32 persen juga terhadap produk-produk yang diimpor dari AS.