BI Akan Tahan Suku Bunga hingga Akhir 2023, Ekonom Sebut Ada Faktor Politis

17 Februari 2023 13:31 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Logo Bank Indonesia. Foto: REUTERS / Iqro Rinaldi
zoom-in-whitePerbesar
Logo Bank Indonesia. Foto: REUTERS / Iqro Rinaldi
ADVERTISEMENT
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo memastikan tak akan mnaikkan lagi suku bunga acuan hingga akhir tahun ini. Namun, ekonom menyebut ada unsur politis dari kebijakan tersebut.
ADVERTISEMENT
Direktur Eksekutif Center of Economic and Law Studies (CELIOS) Bhima Yudhistira mengatakan, mendekati pemilihan Gubernur BI, bank sentral akan berusaha sekuat mungkin agar tidak mengeluarkan kebijakan yang tidak populer.
“Ada faktor politis di sini, pemilihan Gubernur BI sebentar lagi, sementara kenaikan suku bunga naik tidak populis di mata pemerintah maupun masyarakat. Jadi penekanan suku bunga bisa dibilang ada tekanan politis,” ujar Bhima kepada kumparan, Jumat (17/2).
Menurut dia, keputusan BI untuk menahan suku bunga acuan hanya tepat untuk kondisi saat ini. Sebab menurutnya, momentum Ramadhan dan lebaran hingga akhir tahun, akan terjadi kenaikan harga dan inflasi.
Namun di sisi lain, ada kebijakan devisa hasil ekspor (DHE) yang segera diterapkan pada 1 Maret 2023. Menurut Bhima, jika kebijakan insentif bagi para eksportir untuk menaruh dolar di dalam negeri ini berhasil, suplai valas akan bertambah. Sehingga kurs rupiah bisa menguat tanpa harus menaikkan suku bunga.
ADVERTISEMENT
“Kalau devisa hasil ekspor yang wajib ditahan dalam negeri mulai 1 Maret nanti benar-benar berjalan, akan ada likuiditas valas tambahan, sehingga bisa menaikkan kurs rupiah tanpa menaikkan suku bunga,” tambahnya.
BI menahan menahan suku bunga acuan di level 5,75 persen pada bulan ini. Gubernur BI Perry Warjiyo memastikan tidak akan lagi menaikkan suku bunga acuan atau BI 7 Day Repo Rate di tahun ini, lantaran inflasi dinilai sudah terkendali.
Perry menjelaskan, kebijakan moneter BI didasarkan dari perkiraan inflasi, baik itu inflasi inti dan inflasi harga konsumen (IHK), serta pertumbuhan ekonomi Indonesia ke depan.
"Kami meyakini bahwa tingkat suku bunga acuan BI itu sudah memadai dalam arti tidak diperlukan kenaikan lagi," ujarnya saat konferensi pers RDG BI, Kamis (16/2).
ADVERTISEMENT