Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
BI Beberkan Penyebab Suku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen di April 2024
24 April 2024 15:10 WIB
ยท
waktu baca 3 menit
ADVERTISEMENT
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo memutuskan untuk menaikkan suku bunga acuan atau BI Rate sebesar 25 basis poin (BPS) menjadi 6 persen di bulan ini. Kenaikan ini terjadi di luar ekspektasi pasar, karena BI telah menahan suku bunga selama 6 bulan berturut-turut sejak Oktober 2023.
ADVERTISEMENT
Perry mengatakan, kenaikan suku bunga acuan BI terjadi karena dinamika global yang bergerak sangat cepat. Serta untuk menjaga nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS).
Berdasarkan data Bloomberg, rupiah ditutup menguat 65 poin atau 0,40 persen di level Rp 16.155 per dolar AS pada perdagangan hari ini. Sebelumnya, rupiah sempat menyentuh Rp 16.278 per dolar AS.
"BI rate naik karena untuk menjaga stabilitas rupiah dari dampak memburuknya risiko global," kata Perry dalam konferensi pers, Rabu (24/4).
Tak hanya itu, kenaikan suku bunga juga terjadi sebagai langkah pre-emptive dan forward looking. Guna memastikan inflasi tetap dalam sasaran 2,5 persen hingga 1 persen pada 2024 dan 2025 sejalan dengan stance kebijakan moneter yang pro-stability.
ADVERTISEMENT
Perry mengungkapkan, kebijakan makroprudensial dan sistem pembayaran tetap pro-growth untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Kebijakan makroprudensial longgar terus ditempuh untuk mendorong kredit atau pembiayaan perbankan kepada dunia usaha dan rumah tangga.
"Kebijakan sistem pembayaran diarahkan untuk memperkuat keandalan infrastruktur dan struktur industri sistem pembayaran, serta memperluas akseptasi digitalisasi sistem pembayaran," ungkapnya.
Sebelumnya, Kepala Departemen Pengelolaan Moneter BI, Edi Susianto menyebutkan anjloknya rupiah dipengaruhi oleh memanasnya konflik antara Iran dan Israel.
Di sisi lain, selama periode libur Lebaran, terdapat perkembangan di global salah satunya rilis data fundamental AS makin menunjukkan ekonominya masih cukup kuat seperti data inflasi dan retail sales yang berada di atas ekspektasi pasar.
"(Rupiah melemah karena) memanasnya konflik di timur tengah khususnya konflik Iran-Israel," kata Edi kepada kumparan, Selasa (16/4).
ADVERTISEMENT
Edi menjelaskan, kedua sentimen global tersebut menyebabkan menguatnya potensi risk off atau perubahan dalam aktivitas investasi dalam merespons pola ekonomi global. Sehingga mata uang negara berkembang khususnya Asia mengalami pelemahan terhadap USD.
"DXY selama periode libur lebaran menguat sangat signifikan yaitu dari 104 menjadi di atas 106 (bahkan per pagi ini sudah mencapai angka 106,3). Selama libur Lebaran, Pasar NDF IDR di offshore juga sudah tembus di atas Rp 16.000, atau sudah di sekitar Rp 16.100, sehingga rupiah dibuka di sekitar angka tersebut," jelasnya.
Lebih lanjut, Edi menjelaskan BI akan melakukan tiga langkah menjaga stabilitas nilai tukar rupiah. Pertama, menjaga keseimbangan supply dan demand valas di market melalui triple intervention khususnya di spot dan DNDF.
ADVERTISEMENT
Kedua, meningkatkan daya tarik aset rupiah untuk mendorong capital inflow. Misalnya melalui daya tarik SRBI dan hedging cost.
"Terakhir, kami akan melakukan koordinasi dan komunikasi dengan stakeholder terkait, seperti dengan pemerintah, Pertamina dan lainnya," pungkasnya.