news-card-video
7 Ramadhan 1446 HJumat, 07 Maret 2025
Jakarta
chevron-down
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45

BI Beberkan Untung Rugi Perang Dagang AS dan Kanada-China ke Indonesia

6 Maret 2025 21:20 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi logo Bank Indonesia. Foto: Reuters/Fatima El-Kareem;
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi logo Bank Indonesia. Foto: Reuters/Fatima El-Kareem;
ADVERTISEMENT
Bank Indonesia (BI) mengungkapkan perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan Kanada hingga China akan terasa dampaknya bagi Indonesia, baik berupa keuntungan maupun kerugian.
ADVERTISEMENT
Direktur Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI, Juli Budi Winantya, mengatakan secara umum perang dagang antar negara adidaya tersebut tentu akan berisiko, namun di sisi lain ada kesempatan yang bisa didapatkan Indonesia.
Apalagi, kata dia, perang dagang tersebut diikuti dengan retaliasi atau tindakan balasan yang dilakukan suatu negara yang terkena tarif impor Presiden AS Donald Trump. Misalnya, China sudah menetapkan tarif impor hingga 15 persen.
"Apabila perang dagang diikuti retaliasi tentunya ada tendensi harga inflasi global akan cenderung meningkat," jelasnya saat Taklimat Media, Kamis (6/3).
Selain itu, lanjut Juli, risiko lainnya yaitu jika negara yang terkena tarif impor AS tidak memasarkan produknya, maka akan ada limpahan ke negara lain dan bisa dihargai dengan murah.
ADVERTISEMENT
Direktur Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI, Juli Budi Winantya saat Taklimat Media BI, Kamis (6/3/2025). Foto: Fariza/kumparan
Tapi di sisi lain juga ada risiko lain yang apabila negara tertentu tidak bisa memasarkan produknya, ini justru bisa juga masuk ke negara-negara lainnya, termasuk Indonesia, dan ini justru harganya akan lebih murah.
Risiko lainnya yaitu ekspor Indonesia akan melambat. Namun di sisi lain, Juli menyebutkan ada potensi di mana Indonesia bisa mengisi ekspor produk negara yang tidak bisa masuk ke AS, apalagi jika ada kesamaan kebutuhan produk.
"Bisa juga resiko bahwa ekspor kita akan melambat, tapi di sisi lain juga ada potensi bahwa kita akan memanfaatkan hilangnya pasar yang tidak bisa digunakan oleh negara-negara yang terkena tarif," tutur Juli.
Sebelumnya, ketegangan perang perdagangan meningkat menyusul tarif impor baru Presiden AS Donald Trump terhadap Kanada, Meksiko, dan China.
ADVERTISEMENT
AS telah memberlakukan tarif bea masuk sebesar 25 persen untuk Meksiko dan Kanada, juga bea masuk dua kali lipat atas barang-barang China, per Selasa (4/3). China dan Kanada membalas, sementara Presiden Meksiko Claudia Sheinbaum berjanji akan menanggapi hal yang sama, tanpa memberikan rincian lebih lanjut.