Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
BI Borong SBN & Terbitkan SRBI untuk Stabilkan Rupiah yang Anjlok ke Rp 16.100
18 Desember 2024 15:47 WIB
ยท
waktu baca 2 menitADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Pertama, adalah intervensi di pasar spot yaitu menjual dolar AS dari cadangan devisa dan membeli rupiah di pasar. BI juga masuk ke pasar Domestic Non-Deliverable Forward (DNDF) atau kontrak derivatif mata uang yang diperdagangkan di dalam negeri dan digunakan untuk melindungi nilai (hedging) terhadap risiko fluktuasi nilai tukar.
"Kami juga melakukan pembelian SBN (Surat Berharga Negara) dari pasar sekunder," Perry dalam konferensi pers Pengumuman Hasil Rapat Dewan Gubernur Bulan Desember 2024 di Jakarta, Rabu (18/12).
Hingga saat ini, BI sudah membeli SBN Rp 169,5 triliun. Rinciannya Rp 62 triliun di pasar primer dan Rp 107 triliun di pasar sekunder.
Perry juga mengungkapkan ada rencana dari pemerintah menerbitkan SBN lagi yang lebih menarik. Rencana ini sudah dibahas dengan Menteri Keuangan Sri Mulyani.
ADVERTISEMENT
BI juga menerbitkan Sertifikat Rupiah Bank Indonesia (SRBI), salah satu instrumen moneter baru BI. Kata dia, setelah Donald Trump terpilih menjadi Presiden AS, banyak modal asing keluar (outflow) dari Indonesia.
Berdasarkan catatannya, per kuartal IV 2024, modal asing yang keluar USD 2,4 miliar, terbesar dari saham USD 1,9 miliar. Sementara di Surat Utang Negara (SUN), dana asing mulai masuk USD 0,8 miliar setelah bulan lalu turun.
"SRBI juga inflow naik USD 1,3 miliar. Makanya kami (lakukan) langkah-langkah ini untuk stabilitas rupiah dan SRBI bisa lebih menarik," katanya.
Karena rupiah yang belum stabil, kata Perry, jadi alasan BI masih menahan suku bunga acuan hari ini di level 6 persen. Meski begitu, BI tetap membuka ruang untuk bisa menurunkan suku bunga ini nantinya.
ADVERTISEMENT
"Itulah kenapa kami belum berani turunkan suku bunga karena fokus ke stabilitasi rupiah karena ketidakpastian global tinggi," jelasnya.