BI: Cadangan Devisa Bisa Habis Jika Digunakan Hanya untuk Stabilkan Rupiah

11 November 2023 13:57 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Karyawan menghitung uang rupiah dan dolar AS di Bank Mandiri Syariah, Jakarta, Senin (20/4/2020). Foto: ANTARA FOTO/Nova Wahyudi
zoom-in-whitePerbesar
Karyawan menghitung uang rupiah dan dolar AS di Bank Mandiri Syariah, Jakarta, Senin (20/4/2020). Foto: ANTARA FOTO/Nova Wahyudi
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Bank Indonesia (BI) menegaskan tetap menjaga cadangan devisa Indonesia sesuai standar kecukupan internasional, utamanya dalam stabilitas nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. Direktur Departemen Pengelolaan Moneter Bank Indonesia (BI) Ramdan Denny Prakoso mengatakan, bank sentral menjaga kurs rupiah melalui ketersediaan suplai dolar AS.
ADVERTISEMENT
Ramdan menjelaskan, rata-rata transaksi atau turnover di pasar spot dalam satu hari mencapai USD 2-3 miliar atau sekitar Rp 31-47 triliun (kurs Rp 15.695 per dolar AS). Menurutnya, cadangan devisa juga akan habis jika hanya digunakan untuk stabilitas rupiah di pasar spot.
Adapun cadangan devisa Indonesia per akhir Oktober 2023 sebesar USD 133,1 miliar atau setara dengan pembiayaan 6,1 bulan impor atau 5,9 bulan impor, turun dari posisi bulan sebelumnya USD 134,9 miliar.
"Pasar spot kita dalam sehari turnover-nya USD 2-3 miliar, itu rerata sehari. Bisa dibayangkan kalau memang BI mati-matian atau sangat agresif, maka dalam sekejap cadangan devisa kita akan habis," ujar Ramdan dalam media gathering di Raja Ampat, Papua Barat, Sabtu (11/11).
ADVERTISEMENT
Ia melanjutkan, selama ini bank sentral menjaga cadangan devisa berada di atas standar kecukupan internasional yang sekitar 3 bulan impor. Menurut Ramdan, BI bahkan menjaga cadangan devisa di atas standar tersebut, yakni sekitar 6 bulan impor.
Demi menjaga nilai tukar rupiah, BI pun menjaga psikologis pasar, baik eksportir, importir, maupun asing. Ramdan memastikan, BI menjaga suplai dolar AS dari pasar dari eksportir dan asing.
"Kalau dari asing berarti dia pada umumnya membeli aset rupiah misalnya dia membeli aset SBN, saham, termasuk membeli SRBI (Sekuritas Rupiah Bank Indonesia), sehingga saat melakukan pembelian itu dia melakukannya dengan menjual dolar, dari eksportir juga sama," jelasnya.
Dari sisi demand atau permintaan, BI juga meyakinkan importir agar tidak perlu melakukan pembelian dolar AS secara segera dalam jumlah yang besar. "Aksi mereka (pasar) yang tidak panik sangat bantu volatiltas (nilai tukar rupiah)," tambahnya.
ADVERTISEMENT
Kurs rupiah menyentuh level Rp 15.000 per dolar AS sejak akhir Juli 2023. Bahkan sejak saat itu, kurs rupiah terus melemah dan nyaris menembus Rp 16.000 per dolar AS.
Pada 1 November 2023, nilai tukar rupiah melemah ke level Rp 15.946 per dolar AS berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dolar Rate (JISDOR). Sementara pada 10 November, rupiah berada di level Rp 15.693 per dolar AS.