BI Catat Modal Asing Masuk Rp 19,69 Triliun ke Pasar Keuangan RI Pekan Ini

30 Juni 2024 7:56 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Petugas menujukkan pecahan mata uang Dolar di salah satu gerai penukaran mata uang di kawasan Kemang, Jakarta, Rabu (17/4/2024). Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Petugas menujukkan pecahan mata uang Dolar di salah satu gerai penukaran mata uang di kawasan Kemang, Jakarta, Rabu (17/4/2024). Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
ADVERTISEMENT
Bank Indonesia (BI) mencatat adanya aliran modal asing masuk ke pasar keuangan domestik sebesar Rp 19,6 triliun pada 24 Juni hingga 27 Juni 2024. Hal ini tentu berbanding terbalik tren beberapa pekan sebelumnya yakni modal asing lari dari pasar domestik.
ADVERTISEMENT
Secara rinci, Asisten Gubernur BI Erwin Haryono mengatakan modal asing yang masuk berasal dari beli neto Rp 8,30 triliun di pasar SBN, beli neto Rp 2,23 triliun di pasar saham dan Rp 9,16 triliun di Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI).
"Selama tahun 2024, berdasarkan data setelmen sampai dengan 27 Juni 2024, nonresiden tercatat jual neto Rp 36,46 triliun di pasar SBN, jual neto Rp 9,78 triliun di pasar saham, dan beli neto Rp 123,21 triliun di SRBI," kata Erwin dalam keterangan resminya, Minggu (30/6).
Kemudian, premi Credit Default Swap (CDS) Indonesia tenor lima tahun per 27 Juni 2024 sebesar 78,06 bps. Angka ini relatif stabil dengan dibandingkan 21 Juni 2024 sebesar 76,48 bps.
ADVERTISEMENT
BI juga mencatat imbal hasil (yield) SBN Indonesia tenor 10 tahun turun ke level 7,094 persen. Sementara itu, yield untuk US Treasury tenor yang sama naik ke level 4,286 persen.
Di sisi lain, rupiah dibuka di level Rp 16.410 per dolar AS pada Jumat (28/6), melemah dibandingkan sehari sebelumnya Rp 16.395 per dolar AS. Indeks dolar AS melemah ke level 105,30. Berdasarkan data Bloomberg, rupiah ditutup menguat 30,50 poin atau 0,19 persen ke level Rp 16.375 pada perdagangan Jumat.
"Bank Indonesia terus memperkuat koordinasi dengan Pemerintah dan otoritas terkait serta mengoptimalkan strategi bauran kebijakan untuk mendukung ketahanan eksternal ekonomi Indonesia," ungkap Erwin.