BI dan Ekonom Proyeksi Neraca Perdagangan RI Mei 2020 Surplus

15 Juni 2020 9:54 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kontainer yang sedang di bongkar muat di Terminal 3 Tanjung Priok, Jakarta, Senin (17/2). Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Kontainer yang sedang di bongkar muat di Terminal 3 Tanjung Priok, Jakarta, Senin (17/2). Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
ADVERTISEMENT
Badan Pusat Statistik (BPS) hari ini akan mengumumkan neraca perdagangan selama Mei 2020. Sejumlah ekonom telah memproyeksi, neraca perdagangan akan mengalami surplus selama bulan lalu.
ADVERTISEMENT
Direktur Eksekutif Kepala Departemen Pengelolaan Moneter Bank Indonesia (BI), Nanang Hendarsah memproyeksi neraca perdagangan akan berbalik signifikan menjadi surplus di Mei 2020. Hal ini akan menopang perbaikan defisit transaksi berjalan menjadi di bawah 2 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) selama tahun ini.
“Neraca perdagangan Mei diperkirakan akan mengalami surplus signifikan. Hal ini sejalan dengan proyeksi BI, yang memperkirakan defisit transaksi berjalan 2020 akan menurun menjadi di bawah 2,0 persen PDB, dari prakiraan sebelumnya 2,5-3,0 persen PDB,” kata Nanang kepada kumparan, Senin (15/6).
Meski demikian, Nanang masih enggan menjelaskan lebih lanjut mengenai besaran surplus neraca perdagangan tersebut. Namun menurutnya, surplus neraca dagang akan menjadi sentimen positif dan mendorong penguatan rupiah.
ADVERTISEMENT
“Ekonomi Indonesia tetapkan rupiah dalam kondisi undervalued. Rupiah seharusnya masih memiliki ruang menguat sesuai fundamentalnya, di mana defisit current account akan turun dan inflasi akan terjaga sangat rendah, sehingga secara fundamental rupiah masih undervalued,” katanya.
Ekonom PT Bank Permata Tbk Josua Pardede memproyeksi neraca perdagangan akan mengalami surplus sebesar USD 697 juta. Angka ini jauh lebih tinggi dibandingkan April 2020 yang defisit USD 350 juta.
Menurut dia, surplus tersebut didorong oleh penurunan impor yang jauh lebih dalam dibandingkan penurunan ekspor. Hal ini sejalan dengan masih rendahnya aktivitas manufaktur akibat pandemi virus corona.
“Kami perkirakan terjadi surplus USD 697 juta. Penurunan laju impor cenderung disebabkan oleh penurunan aktivitas manufaktur Indonesia," kata Josua.
Vice President Economist Permatabank Josua Pardede. Foto: Selfy Sandra Momongan/kumparan
Laju impor diperkirakan turun 20,69 persen (yoy) dan ekspor turun 17,16 persen (yoy). Impor juga dipengaruhi mulai pulihnya harga minyak dunia, yang selama bulan lalu naik 88,38 persen (mtm), seiring dengan adanya kesepakatan Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) untuk memangkas produksi minyak global.
ADVERTISEMENT
“Sementara ekspor selama Mei 2020 juga seiring dengan masih rendahnya aktivitas manufaktur global. Hampir semua negara mitra dagang Indonesia masih berada di bawah indikasi ekspansi, kecuali China yang mulai naik indeks manufakturnya dari 49,4 menjadi 50,7,” katanya.
Sementara itu, Peneliti Ekonomi Senior Institut Kajian Strategis (IKS) Universitas Kebangsaan RI Eric Sugandi memperkirakan, surplus pada bulan lalu akan sebesar USD 380 juta. Ekspor diperkirakan tumbuh 2,2 persen (mtm), sementara impor turun 3,7 persen (mtm).
“Pertumbuhan positif secara bulanan dipengaruhi oleh mulai pulihnya permintaan dari beberapa negara tujuan ekspor Indonesia, khususnya ke China. Demand negara tersebut mulai berangsur pulih,” tuturnya.
Penurunan impor disebabkan oleh permintaan barang konsumsi yang mulai turun, sejalan dengan daya beli masyarakat yang melemah karena tutupnya beberapa aktivitas bisnis. Sedangkan impor bahan baku diperkirakan akan menurun, seiring dengan permintaan yang melambat.
ADVERTISEMENT
Adapun selama April 2020, BPS melaporkan neraca perdagangan defisit sebesar USD 350 juta. Meski demikian, secara kumulatif sejak Januari-April 2020, neraca dagang masih mencatatkan surplus USD 2,25 miliar.
Secara rinci, nilai ekspor selama bulan lalu sebesar USD 12,19 miliar, turun 13,33 persen dibandingkan bulan sebelumnya (mtm) dan turun 7,02 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu (yoy).
Sementara impor tercatat USD 12,54 miliar, turun 6,10 persen (mtm) dan merosot 18,58 persen (yoy).