BI: Defisit Transaksi Berjalan Mengecil ke 1,18 Persen di Kuartal II 2020

18 Agustus 2020 11:00 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Bank Indonesia. Foto: Nugroho Sejati/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Bank Indonesia. Foto: Nugroho Sejati/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Bank Indonesia (BI) melaporkan defisit transaksi berjalan atau current account deficit (CAD) selama kuartal II sebesar USD 2,89 miliar, atau 1,18 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB).
ADVERTISEMENT
CAD tersebut mengecil jika dibandingkan kuartal sebelumnya yang sebesar 1,42 persen dari PDB maupun kuartal II 2019 yang 2,95 persen dari PDB.
"Penurunan CAD itu karena surplusnya neraca perdagangan barang akibat penurunan impor, karena melemahnya permintaan domestik," kata Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Onny Widjanarko dalam keterangannya, Selasa (18/8).
Selain itu, defisit neraca pendapatan mengecil karena berkurangnya pembayaran imbal hasil kepada investor asing. Hal ini sejalan dengan kontraksi pertumbuhan ekonomi domestik di kuartal II 2020 yang tercermin pada penurunan kinerja perusahaan dan investasi.
Adapun neraca dagang barang tercatat surplus USD 3,98 miliar, turun dibandingkan kuartal sebelumnya yang mencapai USD 4,37 miliar. Namun surplus neraca dagang barang ini jauh lebih besar dibandingkan kuartal II tahun lalu yang surplus USD 1,36 miliar.
ADVERTISEMENT
Neraca jasa masih mencatatkan defisit USD 2,15 miliar, melebar dibandingkan kuartal sebelumnya yang juga defisit USD 1,88 miliar maupun kuartal yang sama tahun lalu defisit USD 1,87 miliar.
"Defisit neraca jasa sedikit meningkat didorong oleh defisit jasa perjalanan karena kunjungan wisatawan mancanegara yang turun signifikan selama pandemi COVID-19. Di sisi lain, remitansi dari Pekerja Migran Indonesia (PMI) berkurang, sejalan dengan kontraksi pertumbuhan ekonomi dunia juga menahan penurunan defisit transaksi berjalan lebih lanjut," jelasnya.
Aktivitas di Terminal 3 Tanjung Priok, Jakarta, Senin (17/2). Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
Neraca pendapatan primer tercatat defisit USD 6,17 miliar di kuartal II 2020, mengecil dibandingkan kuartal sebelumnya yang defisit USD 7,93 miliar maupun kuartal II 2019 defisit USD 8,89 miliar.
Adapun transaksi modal dan finansial, Bank Indonesia mencatat di kuartal II 2020 sebesar surplus USD 10,51 miliar, jauh lebih tinggi dibandingkan kuartal sebelumnya yang defisit USD 3,02 miliar.
ADVERTISEMENT
Onny menjelaskan, aliran masuk investasi portofolio meningkat dalam bentuk penerbitan global bond oleh pemerintah dan korporasi, serta pembelian Surat Utang Negara (SUN).
"Berlanjutnya aliran masuk modal asing tersebut dipengaruhi oleh likuiditas global yang meningkat, imbal hasil instrumen keuangan domestik yang tetap menarik, dan terjaganya keyakinan investor terhadap kondisi perekonomian Indonesia," tuturnya.
Secara keseluruhan, Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) selama kuartal II 2020 melesat, surplus USD 9,24 miliar. Angka ini jauh lebih tinggi dibandingkan kuartal sebelumnya yang justru defisit USD 8,54 miliar.
Konferensi pers Bank Indonesia mengenai kondisi perekonomian RI, Jakarta, Senin (2/3). Foto: Nicha Muslimawati/kumparan
NPI yang meroket ini karena mengecilnya CAD serta besarnya transaksi modal dan finansial.
Sejalan dengan perkembangan surplus NPI tersebut, posisi cadangan devisa pada akhir Juni 2020 meningkat menjadi sebesar USD 131,7 miliar. Posisi cadangan devisa tersebut setara dengan pembiayaan 8,1 bulan impor dan utang luar negeri pemerintah serta berada di atas standar kecukupan internasional.
ADVERTISEMENT
Onny meyakini, ke depan modal asing akan kembali masuk ke pasar keuangan domestik. BI juga akan terus berkoordinasi dengan pemerintah dan Otoritas Jasa Keuangan untuk penguatan bauran kebijakan.
"BI senantiasa mencermati dinamika perekonomian global yang dapat mempengaruhi prospek NPI dan terus memperkuat bauran kebijakan," tambahnya.