Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
BI Diprediksi Naikkan Suku Bunga Acuan 4 Persen Imbas Kebijakan The Fed
5 Mei 2022 14:59 WIB
·
waktu baca 2 menit
ADVERTISEMENT
Bank sentral AS Federal Reserve (The Fed) akhirnya menaikkan suku bunga acuan semalam (overnight interest rate) sebesar 50 basis poin (bps). Ini menjadi kenaikan terbesar dalam 22 tahun terakhir.
ADVERTISEMENT
Direktur Eksekutif Indef Tauhid Ahmad memperkirakan Bank Indonesia (BI) juga akan menaikkan suku bunga acuan berkisar 25-50 bps, dengan batas tinggi sampai 4 persen pada 2022. Per Maret 2022, suku bunga acuan BI masih di level 3,5 persen.
“Kemungkinan BI akan menaikkan suku bunga mungkin tidak lama lagi, bulan lalu BI masih pertahankan karena inflasi relatif rendah,” katanya saat dihubungi kumparan, Kamis (5/5).
Dengan kondisi lebaran dan faktor harga bahan bakar, Tauhid memprediksi inflasi dalam negeri akan terus meningkat. Apabila faktor pendorong suku bunga acuan RI melemah, BI sebaiknya menaikkan arus modal dalam sektor keuangan.
Apabila BI tetap mempertahankan suku bunga acuan 3,5 persen, kata Tauhid, capital outflow akan semakin kuat dan rupiah sulit untuk bertahan, bahkan nilai tukar menembus di atas Rp 14.400.
ADVERTISEMENT
“Kondisinya sudah tidak bisa dipertahankan. Situasinya berbeda dengan bulan lalu, dari sektor riil tumbuh kredit masih bagus, diperkirakan 7,8 persen tumbuhnya,” ujarnya.
Menurut Tauhid, BI akan menaikkan suku bunga acuan mulai di Juni 2022. Agar menjaga stabilitas, BI diharapkan semakin terlibat dalam sektor jasa keuangan.
“BI harus melakukan banyak pembelian uang dolar dan melakukan operasi di sektor keuangan,” pungkasnya.
Sementara itu, Direktur Center for Economic and Law Studies (CELIOS) Bhima Yudhistira mengasumsikan akan terjadi capital outflow apabila Bank Indonesia terus mempertahankan suku bunga acuan 3,5 persen.
“Investor asing khususnya akan mencari negara yang memberikan bunga yang lebih tinggi. Mikirnya negara lain sudah naikkan suku bunga, jadi dipilih daripada Indonesia yang masih pertahankan suku bunga,” katanya.
ADVERTISEMENT
Selain menaikkan suku bunga, Bhima menyarankan untuk menjual devisa hasil ekspor agar dikonversi ke rupiah. Dengan tren harga komoditas, hasil kekayaan ekspor ditaruh di bank luar negeri.
“BI harus berupaya memberikan insentif memulangkan dana tadi, sehingga memperkuat dana dalam negeri. Selain itu, BI memperkuat local currency settlement. Kalau ekspor ke China pake yuan, jangan pakai dolar,” tambahnya.
Bhima juga menekankan rasio cadangan kerugian penurunan nilai aset keuangan (CKPN) agar dinaikkan untuk mengantisipasi lonjakan non performing loan (NPL) dan debitur yang restrukturisasi telah habis dan belum bisa membayar.