news-card-video
19 Ramadhan 1446 HRabu, 19 Maret 2025
Jakarta
chevron-down
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45

BI Diproyeksi Tahan Suku Bunga 5,75 Persen di Tengah Tekanan Eksternal

19 Maret 2025 11:13 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Bank Indonesia. Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Bank Indonesia. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Bank Indonesia (BI) diperkirakan akan mempertahankan suku bunga acuan (BI Rate) di level 5,75 persen dalam Rapat Dewan Gubernur bulan Maret 2025. Keputusan ini didorong kombinasi faktor domestik dan global yang mempengaruhi stabilitas ekonomi Indonesia.
ADVERTISEMENT
Ekonom Bank Permata, Josua Pardede, mengatakan salah satu faktor utama yang menjadi pertimbangan adalah kondisi inflasi domestik. Indonesia mencatat deflasi tahunan pertama sejak tahun 2000, yang sebagian besar disebabkan oleh penyesuaian tarif listrik.
Josua menegaskan deflasi ini tidak mencerminkan pelemahan daya beli masyarakat. Dengan kata lain, meskipun secara keseluruhan terjadi penurunan harga, daya beli masyarakat tetap terjaga karena inflasi inti yang lebih mencerminkan permintaan riil masih stabil.
"Inflasi inti sendiri masih stabil, menunjukkan bahwa deflasi bukan disebabkan oleh pelemahan daya beli, melainkan oleh faktor teknis terkait tarif listrik," kata Josua kepada kumparan, Rabu (19/3).
Selain faktor domestik, Josua menyebut BI juga harus mempertimbangkan tekanan eksternal yang dapat mempengaruhi nilai tukar rupiah dan stabilitas pasar keuangan. Dalam beberapa waktu terakhir, rupiah mengalami tekanan akibat meningkatnya ketidakpastian kebijakan perdagangan di bawah pemerintahan Presiden Trump.
ADVERTISEMENT
"Bank Indonesia juga perlu memperhatikan stabilitas nilai tukar rupiah yang saat ini mengalami tekanan akibat ketidakpastian kebijakan perdagangan Presiden Trump serta sikap hati-hati Federal Reserve (The Fed) dalam mempertahankan suku bunga acuannya di tengah inflasi Amerika Serikat yang masih relatif tinggi," jelasnya.
Arus modal keluar dari pasar keuangan Indonesia semakin menambah tekanan terhadap rupiah. Sentimen global yang cenderung menghindari risiko (risk-off sentiment) mendorong investor untuk menarik dananya dari pasar negara berkembang, termasuk Indonesia.
Dengan mempertimbangkan berbagai faktor tersebut, Josua menilai langkah bank sentral untuk mempertahankan suku bunga sebagai keputusan yang tepat.
"Dengan mempertimbangkan risiko-risiko eksternal ini serta antisipasi tekanan inflasi yang akan meningkat kembali menjelang bulan Ramadan dan Idul fitri, langkah mempertahankan BI Rate dianggap sebagai kebijakan yang tepat untuk menjaga stabilitas moneter dan pasar keuangan domestik," kata dia.
ADVERTISEMENT
Senada dengan Josua, Ekonom LPEM FEB UI Teuku Riefky juga menyoroti tren deflasi yang terjadi pada Februari 2025. Menurutnya, deflasi sebesar 0,09 persen (year-on-year) yang tercatat bulan lalu berada di bawah target inflasi BI yang sebesar 1,5 persen–3,5 persen.
"Deflasi ini terutama disebabkan oleh penyesuaian tarif listrik. Namun, inflasi inti tetap stabil, menunjukkan bahwa penurunan ini bukan dipicu oleh melemahnya permintaan," jelasnya.
Ke depan, tekanan inflasi diperkirakan akan kembali meningkat seiring dengan meningkatnya konsumsi masyarakat selama Ramadan dan berakhirnya subsidi listrik yang sempat menekan harga.
"Tekanan inflasi diperkirakan akan meningkat dalam beberapa bulan ke depan seiring dengan meningkatnya permintaan selama Ramadan dan berakhirnya subsidi listrik," ujar Riefky.
Ilustrasi Bank Indonesia. Foto: Shutterstock
Sementara itu, dari sisi global, kebijakan suku bunga The Fed juga menjadi faktor yang harus diperhatikan. Bank sentral Amerika Serikat itu diperkirakan akan mempertahankan suku bunga acuannya di kisaran 4,25 persen hingga 4,50 persen dalam pertemuan Maret mendatang.
ADVERTISEMENT
"Federal Reserve diperkirakan akan mempertahankan Fed Funds Rate pada kisaran 4,25 persen–4,50 persen dalam pertemuan Maret mendatang, karena inflasi di Amerika Serikat masih berada di atas target meskipun ada tanda-tanda moderasi," katanya.
Lebih lanjut, ketidakpastian perdagangan global yang meningkat akibat kebijakan Presiden Trump, termasuk eskalasi sengketa tarif dengan Uni Eropa dan mitra dagang di Amerika Utara, berpotensi memicu tekanan inflasi lebih lanjut.
"Ketidakpastian perdagangan yang meningkat di bawah pemerintahan Presiden Trump, termasuk eskalasi sengketa tarif dengan Uni Eropa dan mitra dagang di Amerika Utara, dapat mempertahankan tekanan inflasi dan mempengaruhi sentimen bisnis," kata dia.
Dengan mempertimbangkan berbagai faktor tersebut, Bank Indonesia diharapkan tetap mempertahankan BI Rate di level 5,75 persen guna menjaga stabilitas rupiah dan ketahanan pasar keuangan nasional.
ADVERTISEMENT
"Di saat yang sama, risiko eksternal dari volatilitas pasar keuangan global dan kebijakan perdagangan AS tetap tinggi. Dengan mempertimbangkan faktor-faktor ini, Bank Indonesia sebaiknya mempertahankan suku bunga acuannya di level 5,75 persen guna menjaga stabilitas rupiah dan ketahanan pasar keuangan," pungkas Riefky.