Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.96.0
BI: Insentif Likuiditas Beri Tambahan 0,7 Persen Terhadap Kredit Bank
9 Agustus 2023 17:07 WIB
·
waktu baca 2 menitADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Kepala Departemen Kebijakan Makroprudensial BI, Solikin M Juhro, mengatakan insentif tersebut akan memberi tambahan 0,6-0,7 persen terhadap pertumbuhan kredit bank . Pada kebijakan baru, maksimal besaran insentif naik menjadi 4 persen yang diterima bank.
"Kredit meningkat kalau dimanfaatkan semuanya, bisa meningkat sekitar 0,6-0,7 persen. Kalau bicara real nanti (target kredit 2023) 9 persen, taruhnya 9,6 persen," ujar Solikin dalam Taklimat Media di Gedung Thamrin Bank Indonesia, Jakarta, Rabu (9/6).
Adapun 5 sektor prioritas untuk penyaluran kredit bank dalam Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM) antara lain hilirisasi, perumahan, pariwisata, inklusif, dan sektor ekonomi keuangan hijau.
"Memang secara kasar ada tambahan insentif likuiditas yang akan memberikan ruang penyaluran kredit pembiayaan sekitar Rp 50 triliun. Itu semua insentif mana kala bisa memanfaatkan semuanya," tutur Solikin.
ADVERTISEMENT
Hingga 14 Juni 2023, terdapat 122 bank yang mendapat insentif tersebut. Sehingga memperoleh total likuiditas senilai Rp 108,4 triliun. Bentuk insentif tersebut berupa pengurangan giro wajib minimum (GWM).
BI mencatat kredit perbankan tumbuh 7,76 persen yoy per Juni 2023. Proyeksi pertumbuhan kredit hingga 2023 di kisaran 9-11 persen.
"Kita juga sudah diskusi dengan bank-bank besar. Mereka rata-rata masih optimistis mencapai RBB 9-11 persen, untuk mereka yang rata-rata RBB 10 persen mereka optimis. Angka 7,76 persen dengan ekonomi tumbuh di kuartal III, kuartal IV mungkin bisa lebih tinggi,” kata Solikin.
Solikin mencermati ekonomi makin tumbuh di kuartal III dan IV 2023 didorong dari standar penyaluran kredit berupa alat likuid terhadap dana pihak ketiga (AL/DPK) dan Indeks Lending Standard (ILS) yang diprediksi akan longgar.
ADVERTISEMENT
“Dan perspektif dari perbankan yang cukup optimis untuk mencapai RBB. Memang ada fenomena sektor korporasi memiliki cash, mereka cenderung melunasi utangnya dan wait and see investasi lebih prospektif,” tutur Solikin.
Live Update