BI Kantongi Rp 508 Triliun dari Lelang SRBI per 21 Mei 2024

22 Mei 2024 20:30 WIB
ยท
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Petugas menghitung uang dolar AS di Cash Pooling Bank Mandiri, Jakarta, Kamis (23/6/2022). Foto: Muhammad Adimaja/ANTARA FOTO
zoom-in-whitePerbesar
Petugas menghitung uang dolar AS di Cash Pooling Bank Mandiri, Jakarta, Kamis (23/6/2022). Foto: Muhammad Adimaja/ANTARA FOTO
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Bank Indonesia (BI) berhasil mengantongi Rp 508,41 triliun dari lelang SRBI hingga 21 Mei 2024. Angka itu akan memperkuat upaya pendalaman pasar uang dan mendukung aliran masuk modal asing ke dalam negeri.
ADVERTISEMENT
Sementara instrumen Sekuritas Valas BI (SVBI) dan Sukuk Valas BI (SUVBI) masing-masing tercatat sebesar USD 2,13 miliar dan USD 257 juta.
"Di tengah ketidakpastian pasar keuangan global yang tinggi, penerbitan SRBI juga mendukung aliran masuk modal asing ke dalam negeri," kata Gubernur BI Perry Warjiyo dalam konferensi pers di Kantor Pusat BI, Rabu (21/5).
Perry menjelaskan kepemilikan nonresiden meningkat dari Rp 71,55 triliun atau 18,18 persen dari total outstanding pada 23 April 2024 menjadi Rp 142,90 triliun atau 28,11 persen dari total outstanding pada 21 Mei 2024.
Lebih lanjut, berdasarkan hasil asesmen menunjukkan penerbitan SRBI meningkatkan transmisi kebijakan moneter ke pasar uang, pasar Surat Berharga Negara (SBN), dan pasar valas. Serta turut berpengaruh positif terhadap pemanfaatan aset portofolio bank dalam optimalisasi pembiayaan kredit.
ADVERTISEMENT
Bank Indonesia terus mengoptimalkan berbagai instrumen moneter pro-market yang telah diterbitkan sejak tahun 2023, yaitu SRBI, SVBI, dan SUVBI. Guna memperkuat upaya pendalaman pasar uang dan mendukung aliran masuk modal asing ke dalam negeri, sehingga mendukung stabilitas nilai tukar rupiah.
Ke depan, BI akan terus mengoptimalkan berbagai inovasi instrumen pro-market baik dari sisi volume maupun daya tarik imbal hasil, dan didukung kondisi fundamental ekonomi domestik yang kuat, untuk mendorong kembali aliran masuk portofolio asing ke pasar keuangan domestik.
"Optimalisasi instrumen moneter pro-market juga terus dilakukan untuk memperkuat efektivitas transmisi kebijakan dalam memastikan inflasi tetap terkendali dan nilai tukar rupiah tetap stabil," ungkapnya.