BI: Kapasitas Produksi Naik, Sektor Pertanian hingga Kehutanan Jadi Pendorong

25 April 2025 14:40 WIB
ยท
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Bank Indonesia. Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Bank Indonesia. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Bank Indonesia (BI) melaporkan hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) Kuartal I 2025 yang menunjukkan bahwa kapasitas produksi dunia usaha Indonesia masih tetap terjaga meski mengalami perlambatan.
ADVERTISEMENT
Nilai Saldo Bersih Tertimbang (SBT) tercatat tumbuh positif sebesar 7,63 persen, lebih rendah dibanding kuartal sebelumnya yang sebesar 12,46 persen dan Kuartal I 2024 sebesar 14,11 persen.
Di tengah perlambatan tersebut, lapangan usaha Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan tetap menunjukkan kinerja positif.
Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia, Ramdan Denny Prakoso, menyebut sektor ini mencatat SBT tinggi, bersama sektor Jasa Keuangan serta Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Motor.
"Hal ini sejalan dengan musim panen pada daerah lumbung pangan nasional serta peningkatan aktivitas pada periode Ramadan dan Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) Idulfitri," ujar Denny melalui keterangan tertulis, Jumat (25/4).
Kapasitas produksi terpakai juga mencatatkan kenaikan pada triwulan I 2025 menjadi 73,25 persen, naik dari 72,91 persen pada triwulan IV 2024.
ADVERTISEMENT
Peningkatan ini terutama didorong oleh sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan, yang terus menunjukkan ketahanan di tengah dinamika ekonomi.
Dari sisi keuangan, kondisi dunia usaha secara umum dinilai tetap baik, terutama dalam hal likuiditas dan rentabilitas, dengan akses kredit yang masih mudah diperoleh.
Menariknya, responden memproyeksikan kegiatan usaha akan meningkat pada triwulan II 2025, dengan SBT mencapai 15,35 persen.
Kenaikan ini diperkirakan akan kembali dipimpin oleh sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan, seiring membaiknya kondisi cuaca, tersedianya sarana produksi dan kapasitas penyimpanan, serta permintaan yang tetap terjaga.
"Hal ini sejalan dengan kondisi cuaca yang lebih mendukung, ketersediaan sarana produksi dan kapasitas penyimpanan, serta permintaan yang terjaga," lanjut Denny.