Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.101.0
BI Naikkan Suku Bunga 5,25 Persen, Emiten Properti dan Otomotif Akan Terdampak
18 November 2022 13:26 WIB
·
waktu baca 3 menit
ADVERTISEMENT
Bank Indonesia menaikkan suku bunga acuan atau BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 50 bps dalam tiga bulan berturut-turut menjadi 5,25 persen. Suku bunga Deposito dan Lending Facility juga meningkat sebesar 50 bps masing-masing menjadi 4,5 persen dan 6 persen.
ADVERTISEMENT
Research Analyst Henan Putihrai Sekuritas, Jono Syafei, mengatakan kenaikan suku bunga tentu dapat berdampak positif, yaitu menarik investor asing karena return instrumen investasi yang akan lebih menarik seperti obligasi atau deposito.
Jono menyampaikan, penyebab emiten properti dan otomotif terkena imbas karena sangat dipengaruhi daya beli masyarakat yang tergantung pada suku bunga kredit pemilikan rumah (KPR) atau kendaraan bermotor. Investor dapat melihat kenaikan suku bunga sebagai langkah kuat yang dilakukan BI untuk mendorong ekonomi Indonesia terus bertumbuh positif.
"Untuk emiten properti sendiri masih akan terus bertumbuh walaupun mungkin di tahun depan akan melambat dibandingkan tahun 2020-2021," tuturnya.
Selain karena high base effect dari tahun sebelumnya, lanjut Jono, suku bunga sudah lebih tinggi di tahun 2023 dan insentif pajak sudah tidak ada, sehingga akan berpotensi melemahkan daya beli. Meski demikian, masih ada katalis positif dari kebijakan pelonggaran Loan To Value (LTV) dari BI masih diperpanjang hingga Desember 2023.
ADVERTISEMENT
LTV adalah istilah keuangan yang digunakan untuk menyebut ukuran pinjaman dibandingkan dengan nilai properti yang dijadikan agunan.
Jono menilai sektor yang diuntungkan dengan kenaikan suku bunga adalah saham perbankan, karena keuntungan dari pendapatan bunga akan meningkat. Sedangkan Analis Mirae Asset Sekuritas, Rully Arya Wisnubroto mengungkapkan, kenaikan ini dilakukan untuk menurunkan ekspektasi inflasi, serta memastikan inflasi inti tetap berada dalam target 3,0 ±1 persen.
"Kebijakan makroprudensial serta bauran kebijakan lainnya tetap akomodatif untuk mendukung pemulihan ekonomi. Pertumbuhan kredit industri perbankan terus meningkat, mencapai 11,95 persen YoY di bulan Oktober, tertinggi dalam hampir 4 tahun," tulis Rully dalam risetnya.
Rully mencermati kualitas aset terus membaik. Kredit bermasalah (non performing loan) atau NPL turun menjadi 2,78 persen di bulan September. Likuiditas di sistem perbankan juga tetap longgar.
ADVERTISEMENT
"BI memastikan kecukupan likuiditas akan berlanjut hingga tahun 2023 karena pertumbuhan kredit diperkirakan akan terus naik. Selain surplus perdagangan yang tinggi, indikator ekonomi Indonesia lainnya secara konsisten mencatatkan kinerja yang lebih baik dari ekspektasi," sambungnya.
Rully memperkirakan aktivitas ekonomi akan sedikit melambat pada kuartal IV tahun 2022 karena mobilitas masyarakat cenderung menurun. Oleh karena itu, Mirae Asset Sekuritas melihat kemungkinan kenaikan BI7DRR yang lebih moderat pada bulan Desember sebesar 25 bps menjadi 5,5 persen.