BI Optimistis Defisit Transaksi Berjalan Tahun Ini di Bawah 3 Persen

9 November 2018 14:40 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:05 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo  (Foto: ANTARA FOTO/Aprillio Akbar)
zoom-in-whitePerbesar
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo (Foto: ANTARA FOTO/Aprillio Akbar)
ADVERTISEMENT
Bank Indonesia (BI) tetap optimistis defisit transaksi atau Current Account Deficit (CAD) berjalan selama tahun ini akan terjaga di bawah 3 persen terhadap produk domestik bruto (PDB). Meskipun pada kuartal III 2018 ini CAD diprediksi akan melebar dari kuartal sebelumnya.
ADVERTISEMENT
Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, defisit transaksi berjalan di kuartal III 2018 diperkirakan akan melebihi 3 persen. Namun, kata dia, defisit akan tetap di bawah 3,5 persen terhadap PDB.
"CAD di kuartal III yang sudah berlalu itu akan lebih tinggi dari kuartal II. Dan kami sudah sampaikan, meski lebih tinggi itu di bawah 3,5 persen terhadap PDB. Secara keseluruhan untuk 2018 perkiraan tetap di bawah 3 persen dari PDB," kata Perry di Komplek BI, Jakarta, Jumat (9/11).
Adapun pada kuartal II 2018, CAD mencapai USD 8 miliar atau 3 persen terhadap PDB. Sementara pada kuartal III 2017, CAD mencapai USD 4,3 miliar atau 1,65 persen terhadap PDB.
Ekonom PT Bank Maybank Indonesia Tbk, Myrdal Gunarto, sebelumnya memprediksi CAD di kuartal III akan mencapai 3,5 persen terhadap PDB. Hal ini lantaran neraca perdagangan yang juga masih mencatatkan defisit.
ADVERTISEMENT
"Diperkirakan 3,5 persen terhadap PDB. Ini karena defisit perdagangan masih tinggi, seiring permintaan impor yang kuat untuk kebutuhan BBM, pangan, dan bahan infrastruktur saat harga minyak melonjak dan rupiah juga melemah," jelas Myrdal.
Selain itu, defisit primary income juga melebar dibandingkan kuartal sebelumnya akibat pembayaran bunga aset investasi, utang, maupun dividen yang mencapai puncaknya di kuartal III 2018.
"Tapi di kuartal IV CAD akan kembali ke sekitar level 2.9 persen lagi, karena diasumsikan laju impor agak tertahan seiring dolar AS yang smakin mahal. Harga minyak sudah lebih rendah dari kuartal sebelumnya, sementara puncak pembayaran dividen perusahaan ke investor luar juga sudah lewat," katanya.