Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.94.0
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi sepanjang 2024 sebesar 1,57 persen secara tahunan (yoy). Angka ini merupakan yang terendah sejak perhitungan inflasi pertama di 1958. Indonesia sebelumnya pernah mengalami inflasi rendah di 2020 yakni sebesar 1,68 persen.
Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan proyeksi inflasi yang akan tetap terkendali dua tahun mendatang ini menjadi salah satu faktor BI menurunkan suku bunga acuan atau BI Rate sebesar 25 bps menjadi 5,75 persen di Januari 2025.
"Kami mencermati satu inflasinya rendah, dibandingkan dengan 2,5 plus minus 1 persen sasaran. Pada 2025-2026, kami perkiraan 2 tahun ini masih akan tetap rendah, dengan inflasi yang rendah terbuka untuk menurunkan suku bunga," ungkap Perry saat konferensi pers di Kantor BI, Rabu (15/1).
ADVERTISEMENT
Perry menjelaskan, inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) pada 2024 dijaga dalam kisaran sasarannya 2,5±1 persen, sejalan dengan inflasi IHK Desember 2024 yang tercatat 1,57 persen (yoy). Perkembangan ini dipengaruhi oleh inflasi inti yang terkendali pada level 2,26 persen (yoy) sejalan dengan konsistensi kebijakan suku bunga BI untuk mengarahkan ekspektasi inflasi sesuai dengan sasarannya.
Sementara itu, lanjut dia, inflasi harga bergejolak alias volatile food mencatat inflasi 0,12 persen (yoy) didukung oleh peningkatan pasokan pangan seiring berlanjutnya musim panen, serta eratnya sinergi pengendalian inflasi TPIP/TPID melalui GNPIP.
"Secara spasial, inflasi IHK di berbagai daerah juga terkendali dalam kisaran sasaran inflasi nasional. Ke depan, Bank Indonesia meyakini inflasi IHK tetap terkendali dalam sasarannya," jelas Perry.
ADVERTISEMENT
Selain itu, BI juga memperkirakan inflasi inti terjaga seiring ekspektasi inflasi yang terjangkau dalam sasaran, kapasitas perekonomian yang masih besar dan dapat merespons permintaan domestik.
"Inflasi impor yang dikendalikan dengan kebijakan stabilisasi nilai tukar Rupiah Bank Indonesia, serta berdampak positif berkembangnya digitalisasi," ujar Perry.
Perry menuturkan inflasi volatile food diperkirakan dapat dikendalikan oleh sinergi pengendalian inflasi antara BI dan Pemerintah Pusat serta Pemerintah Daerah.
"Bank Indonesia terus berkomitmen memperkuat efektivitas kebijakan moneter guna menjaga inflasi tahun 2025 dan 2026 terkendali dalam sasaran 2,5±1 persen, dengan tetap mendukung upaya turut mendorong pertumbuhan ekonomi," tutur Perry.