BI Sebut Bank BUMN Paling Susah Turunkan Bunga Kredit

18 Februari 2021 16:37 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Gubernur BI, Bp. Perry Warjiyo Foto: Dok. BI
zoom-in-whitePerbesar
Gubernur BI, Bp. Perry Warjiyo Foto: Dok. BI
ADVERTISEMENT
Bank Indonesia (BI) memandang suku bunga dasar kredit (SBDK) perbankan masih sangat rigid atau kaku dalam merespons penurunan suku bunga acuan bank sentral. Adapun hari ini BI 7 Day Repo Rate turun 25 basis poin (bps) menjadi 3,5 persen, terendah sepanjang masa.
ADVERTISEMENT
Gubernur BI, Perry Warjiyo mengatakan, pihaknya pun melakukan asesmen agar spread antara SBDK dengan BI7DRR tersebut bisa mengecil.
“BI juga mempublikasikan asesmen transmisi dari suku bunga kebijakan ke suku bunga dasar kredit perbankan. Tujuan publikasi adalah untuk memperluas diseminasi informasi kepada konsumen baik korporasi maupun individu guna meningkatkan tata kelola, disiplin pasar dan kompetisi di pasar kredit perbankan, di samping memperkuat transmisi kebijakan moneter,” ujar Perry saat konferensi pers secara virtual, Kamis (18/2).
Dalam hasil asesmen transmisi suku bunga kebijakan kepada SBDK, diketahui bahwa penurunan suku bunga BI7DRR sebesar 225 bps sejak bulan Juni 2019 baru direspons dengan penurunan SBDK yang hanya sebesar 116 bps. Hal ini menyebabkan spread SBDK terhadap BI7DRR cenderung melebar, dari sebesar 5,27 persen pada Juni 2019 menjadi sebesar 6,36 persen pada Desember 2020.
ADVERTISEMENT
Secara rinci, SBDK bank BUMN dinilai lebih rigid atau kaku dibandingkan kelompok bank lainnya seperti Bank Umum Swasta Nasional (BUSN), Bank Pembangunan Daerah (BPD), dan Kantor Cabang Bank Asing (KCBA).
“Sementara itu, SBDK KCBA paling responsif terhadap penurunan suku bunga kebijakan. Dengan perkembangan tersebut, SBDK bank BUMN relatif tinggi (10,79 persen) dibandingkan dengan kelompok bank lainnya,” seperti dikutip dari hasil asesmen BI.
Sejumlah tamu beraktivitas di dekat logo baru Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di Gedung Kementerian BUMN, Jakarta, Kamis (2/7). Foto: Aprillio Akbar/ANTARA FOTO
Dari sisi segmen kredit, kekakuan SBDK terjadi pada segmen kredit konsumsi, korporasi, dan ritel. Respons terbatas oleh perbankan tercermin pada penurunan SBDK yang rendah, terjadi pada segmen kredit konsumsi non-KPR sebesar 67 bps maupun kredit konsumsi KPR sebesar 57 bps sejak Juni 2019. Untuk KPR, hal tersebut antara lain disebabkan faktor tenor pinjaman KPR yang bersifat menengah-panjang.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, SBDK segmen kredit mikro ternyata lebih responsif terhadap penurunan suku bunga BI7DRR. Kredit mikro mencatat penurunan SBDK sebesar 276 bps sejak Juni 2019, jauh lebih dalam dibandingkan penurunan SBDK pada segmen kredit lainnya.
“Menurunnya SBDK segmen kredit mikro tidak terlepas dari kebijakan pemerintah dalam mendorong pembiayaan pada skala usaha mikro melalui pemberian subsidi bunga kredit, di tengah pelemahan ekonomi akibat pandemi,” tulis asesmen tersebut.