BI Sebut Kemungkinan Suku Bunga Turun di Kuartal IV

17 Juli 2024 18:13 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo dalam konferensi pers di Kantor Pusat BI, Rabu (20/3). Foto: Ave Airizaa Gunanto/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo dalam konferensi pers di Kantor Pusat BI, Rabu (20/3). Foto: Ave Airizaa Gunanto/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menyebutkan kemungkinan suku bunga acuan atau BI Rate turun di kuartal IV 2024. Saat ini BI masih mempertahankan suku bunga acuannya di level 6,25 persen pada Juni 2024 setelah naik pada April 2024.
ADVERTISEMENT
"Kami masih melihat ruang untuk arah suku bunga BI Rate akan turun, kemungkinan masih sama yaitu pada triwulan IV," katanya saat konferensi pers di Gedung Bank Indonesia, Rabu (17/7).
Keputusan Bank Indonesia menurunkan suku bunga acuan itu dipengaruhi Federal Reserve atau Bank sentral Amerika Serikat menurunkan suku bunga acuan lebih cepat dibanding perkiraan pada November 2024.
"Dan kemungkinan dengan Fed Fund Rate itu lebih maju (menurunkan suku bunga acuan), kami akan lihat. Tapi tergantung akan bagaimana FFR-nya, bagaimana US Treasury-nya, bagaimana dolarnya," imbuh Perry.
Untuk saat ini Bank Indonesia akan berupaya memperkuat stabilitas rupiah dengan mengoptimalkan berbagai instrumen moneter pro market seperti Sertifikat Rupiah Bank Indonesia (SRBI), Sekuritas Valuta Asing Bank Indonesia (SUVBI), dan Suku Valuta Asing Bank Indonesia (SVBI).
New York Federal Reserve Bank Foto: REUTERS/Brendan McDermid
Kebijakan memperkuat stabilitas rupiah melalui ketiga instrumen tersebut dimaksudkan untuk mempercepat upaya pendalaman pasar uang dan mendukung aliran masuk modal asing ke dalam negeri
ADVERTISEMENT
Sebagai catatan, hingga 15 Juli 2024, posisi instrumen SRBI, SVBI, dan SUVBI masing-masing tercatat sebesar Rp 775,45 triliun, Rp 29,4 triliun dan Rp 4,3 triliun.
"Penerbitan SRBI telah mendukung aliran masuk portofolio asing ke dalam negeri, tecermin dari kepemilikan nonresiden yang mencapai Rp220,35 triliun (28,42 persen dari total outstanding)" ujar Perry.